Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan industri farmasi pada tahun ini akan ditopang implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Kalangan industri memprediksi pertumbuhan industri obat-obatan pada 2017 dapat mencapai 10%.
Berdasarkan catatan International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), pada tahun lalu, industri farmasi mencatatkan pertumbuhan 7,49%.
Padahal, sektor itu hanya tumbuh di kisaran 4% selama 2014-2015.
Chairman IPMG Jorge Wagner menyampaikan komposisi pasar domestik akan terus menyesuaikan diri dengan implementasi JKN.
Oleh karena itu, dalam beberapa tahun ke depan industri farmasi diprediksi dapat terus tumbuh double digit.
“Program JKN akan mendorong pertumbuhan industri farmasi. Belanja healthcare di Indonesia masih rendah, 2,8% pada 2014 dan tahun lalu 41%-nya merupakan berasal dari APBN.
Diantara negara yang satu level, belanja farmasi Indonesia masih rendah,” jelas Jorge di Jakarta, Rabu (22/3).
Menurut Jorge, potensi belanja sektor kesehatan baik pemerintah dan swasta akan membuka lebih banyak pemain lokal dan multinasional menggarap produk farmasi Indonesia.
Wakil Ketua Umum IPMG Evie Yulin menggarisbawahi saat ini peserta JKN telah mencapai 175 juta jiwa, atau 67% dari target pemerintah yaitu 290 juta jiwa hingga 2020 mendatang.
Untuk itu, investasi di sektor farmasi akan terus terbuka.
“Semakin luasnya jangkauan JKN kepada masyarakat, berarti semakin banyak masyarakat di Indonesia yang kini memiliki akses pada pelayanan kesehatan. Hal ini juga berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi obat dan perkembangan industri farmasi secara keseluruhan,” jelas Evie.