Bisnis.com, JAKARTA - Cadangan batu bara yang dikelola PT Jorong Barutama Greston tersisa 1 juta ton per 31 Desember 2016. Sementara, cadangan batu bara yang dikelola PT Kitadin tersisa 3,4 juta ton per akhir tahun lalu.
Data tersebut, terungkap dalam laporan tahunan 2016 yang diterbitkan oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), induk kedua perusahaan itu. Semakin menipisnya cadangan batu bara di kedua anak usaha itu membuat ITMG sejak tahun lalu telah ancang-ancang untuk membuka opsi akuisisi tambang.
Meskipun, perseroan juga terus melakukan optimalisasi cadangan yang ada. Total keseluruhan cadangan batu bara ITMG per 31 Desember 2016, tercatat sebanyak 198,3 juta ton, dengan sumber daya batu bara sebesar 1,62 miliar ton.
Pada 2016, Jorong Barutama Greston menghasilkan 1 juta ton batu bara, lebih rendah dibandingkan dengan 2015 sebesar 1,3 juta ton. Jorong Barutama Greston kini sedang mengajukan izin penutupan operasional penambangannya.
RENCANA PRODUKSI ITMG KUARTAL I/2017 (Juta Ton)
TAMBANG | PRODUKSI |
Indominco East Block | 2,9 |
Indominco West Block | 0,3 |
Trubaindo | 1 |
Bharinto | 0,7 |
Jorong | 0,2 |
Embalut | 0,2 |
SUMBER: Banpu Plc, Februari 2017
Manajemen ITMG menjelaskan, seluruh persiapan penutupan tambang Jorong telah mulai dilakukan, termasuk realisasi rencana reklamasi bekas kawasan tambang, yang akan diikuti dengan kegiatan rehabilitasi dan penghijauan kembali kawasan bekas tambang setelah kegiatan reklamasi diselesaikan.
“Cadangan batubara di area penambangan [Jorong] akan habis pada tahun 2018,” tulis manajemen seperti dikutip dari Laporan Tahunan 2016 yang dipublikasikan pada Rabu (2/3/2017) malam.
TOTAL SUMBER DAYA DAN CADANGAN (Juta Ton)
ANAK PERUSAHAAN | SUMBER DAYA | CADANGAN |
Indominco Mandiri | 719,8 | 59,9 |
Trubaindo Coal Mining | 390,3 | 39,6 |
Bharinto Ekatama | 216,4 | 94,4 |
Kitadin | 151,1 | 3,4 |
Jorong Barutama Greston | 139,7 | 1 |
SUMBER: Laporan Tahunan ITMG, Maret 2017
Pada Januari, Direktur ITMG Leksono Poeranto mengungkapkan penutupan tambang Jorong Barutama Greston akan dilaksanakan pada 2018. Saat ini, lanjutnya, proses dokumentasi rencana penutupan ini sudah dimulai dengan permohonan persetujuan penutupan kepada pemerintah melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Dia mengungkapkan bahwa pihaknya hingga kini masih mencari area baru pengganti tambang tersebut melalui sejumlah strategi termasuk melakukan akuisisi tambang yang dinilai bisa meningkatkan performa perseroan.
“Aksi korporasi tetap yaitu tetap melihat potensi potensi yang ada, termasuk didalamnya akuisisi pihak lain yang dirasa bisa meningkatkan performa ITMG secara keseluruhan, disamping tentunya mengoptimalisasi cadangan yang ada,” katanya.
ITMG juga mencari area baru pengganti tambang Tandung Mayang yang telah memasuki proses penutupan lahan sejak kuartal I tahun lalu. Tambang tersebut dikelola oleh anak perusahaan ITMG yakni PT Kitadin.
ITMG tidak terkesan pilih-pilih, tambang baru yang akan diakuisisi diharapkan memiliki cadangan setidaknya 30-50 juta ton dengan nilai kalori berkisar antara 4.800 kilokalori per kilogram (kkal/kg) hingga 5.000 kkal/kg.
INDUK SIAPKAN CAPEX
Sementara itu, induk PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), Banpu Plc, mengungkapkan jika fokus kinerja pada tahun ini untuk lini bisnis batu bara adalah peningkatan cadangan dan akuisisi tambang.
Dalam keterangan resmi yang dipublikasikan Senin (27/2/2017), Banpu mengungkapkan sejumlah strategi di lini bisnis batu bara. Untuk lini bisnis hulu batu bara, Banpu pada tahun ini ingin memfokuskan peningkatan cadangan dan juga akuisisi tambang. Selain itu, juga termasuk meningkatkan produktivitas serta mengelola biaya. Perusahaan juga ingin mengingkatkan margin serta mengkaji opsi untuk bertumbuh.
Sementara, untuk lini bisnis tengah (mid-stream) batu bara, Banpu juga ingin meningkatkan kerja sama perdagangan dengan pihak ketiga. Selain itu, juga memulai strategi untuk penncampuran batu bara (coal-blending).
Tak hanya itu, pada lini bisnis hilir (downstream), Banpu ingin meningkatkan sejumlah peluang yang ada dalam kawasan, serta memanfaatkan teknologi pembangkit listrik batu bara yang ramah lingkungan (HELE).
Untuk mendukung upaya itu, Banpu telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar sebesar US$210 juta pada tahun ini. Meskipun, lini bisnis batu bara hanya memperoleh porsi sebesar 14,28% atau sebesar US$30 juta.
Manajemen Banpu mengungkapkan sebagian besar capex akan digunakan untuk ekspansi lini bisnis pembangkit listrik melalui anak usaha mereka Banpu Power Plc, dengan porsi 55,71% atau sebanyak US$117 juta. Sisanya, capex sebesar US$63 juta dialokasikan untuk akuisisi lapangan migas Northeast Pennsylvania, di Amerika Serikat.
Laporan tersebut juga menargetkan produksi dari tambang yang berada di bawah naungan ITMG pada tahun ini ditargetkan sebesar 25,5 juta ton, turun sebesar 100.000 ton ketimbang realisasi pada tahun lalu yang sukses memproduksi sebanyak 25,6 juta ton.
Adapun, sepanjang 2016 ITMG mencatat kenaikan laba bersih sebesar 107,11% pada 2016. Berdasarkan laporan keuangan ITMG per Desember 2016 yang dipublikasikan Kamis (23/2/2017) malam, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk perseroan pada 2016 mencapai US$130,71 juta.
Pencapaian tersebut naik hingga 107,11% dibandingkan dengan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 2015 sebesar Rp63,11 juta. Kenaikan laba bersih sepanjang 2016 salah satunya didorong oleh penurunan sejumlah beban perseroan di tengah merosotnya pendapatan bersih perseroan. Pendapatan bersih ITMG pada 2016 tercatat US$1,37 miliar atau turun 13,84% dibandingkan dengan 2015 yang mencapai US$1,59 miliar.
Beban pokok pendapatan turun menjadi US$1,04 miliar dari sebelumnya US$1,24 miliar. Kemudian beban penjualan juga turun menjadi US$99,38 juta dari US$134,13 juta miliar di 2015.
Beban keuangan perseroan juga turun menjadi US$912.000 di 2016 dari sebelumnya US$1,09 juta. Begitu juga dengan beban pajak penghasilan yang turun menjadi US$61,82 juta dari US$76,34 juta.
Jumlah aset perseroan tercatat US$1,21 miliar, naik dari Desember 2015 yang US$1,18 miliar. Kemudian, jumlah liabilitas turun ke US$302,36 juta dari US$343,81 juta, ekuitas naik ke US$907,43 juta dari US$834,56 juta.