Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Genjot Produksi, Luas Tanam Kedelai ditambah

Kementerian Pertanian mulai menggenjot produksi kedelai tahun ini, setelah jagung. Selain menambah perluasan areal tanam 200.000 hektar, Kementan melihat masih ada peluang 2,5 juta hektar lahan untuk pengembangan kedelai.
Kedelai/Antara
Kedelai/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian mulai menggenjot produksi kedelai tahun ini, setelah jagung. Selain menambah perluasan areal tanam 200.000 hektar, Kementan melihat masih ada peluang 2,5 juta hektar lahan untuk pengembangan kedelai.

Kasubdit Kedelai dan Aneka Kacang, Devi Setiabakti, menyampaikan dengan menambah areal tanam 200.000 hektar, sehingga total area tanam kedelai sepanjang tahun ini seluas 768.226 hektar, dapat menggenjot produksi kedelai yang tahun ini ditargetkan 1,2 juta ton. Adapun produktivitas kedelai hingga 1,8 ton per hektar. Dari target produksi 1,2 juta ton sepanjang tahun ini, hanya mampu memenuhi 50% dari total kebutuhan 2,4 juta ton per tahun.

Sementara pada 2018 areal tanam kedelai ditargetkan 1,5 juta yang berasal dari tambahan lahan hutan produksi maupun konversi produksi. Berdasar hasil pemetaan, pemerintah membidik peluang 2,4 juta lahan untuk pengembangan kedelai di sejumlah daerah seperti Aceh, Jawa, NTB, NTT, Sulsel, Kalsel, Kaltim, Sumut, Sumsel, Riau, Jambi, Lampung.

Menurut Devi, persoalan kedelai tidak hanya berkaitan dengan produksi saja, tetapi juga tata niaga dan bea masuk impor kedelai 0%. Ini berakibat kedelai lokal tak mampu bersaing dengan kedelai impor yang harganya lebih murah.

“Maka sudah diusulkan tahun lalu untuk mengembalikan bea masuk impor kedelai 10%. Dengan demikian, harga kedelai impor meningkat dan dapat bersaing dengan kedelai lokal.” tuturnya. 

Dalam paparan Menteri Pertanian, dari 14 komoditas strategis, produksi kedelai termasuk yang mengalami penurunan. Produksi kedelai hanya 0,89 juta ton, turun 7,06% dari produksi 2014 sebesar 0,96 juta ton. Produksi kedelai yang terus menurun karena terkendala iklim lanina, minat petani berkurang karena harga yang kurang kompetitif. Sehingga, solusi yang dipikirkan ke depan adalah penambahan luas tanam, mitigasi perubahan iklim, dan penetapan harga standar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper