Bisnis,com, JAKARTA – Studi Euromonitor Internasional mengungkapkan industri perhiasan tahun lalu tumbuh 13% atau senilai Rp21 triliun. Tahun ini, pertumbuhan industri tersebut diyakini kian meningkat, ditopang permintaan pasar yang menunjukkan tren kenaikan.
Perwakilan Euromonitor, jasmine Seng mengungkapkan kendati kinerja perekonomian tahun lalu lesu, industri perhiasan tetap berkilau. Hal ini disebabkan dorongan status sosial yang mendorong masyarakat berbelanja perhiasan.
“Di pihak lain, banyak pihak yang membeli perhiasan dilatorbelakangi oleh motivasi untuk berinvestasi dan mengikuti tren fesyen terkini,” ungkap Jasmine pada konferensi pers di Jakarta, Senin (20/7).
Hasil studi Euromonitor menunjukkan perhiasan emas atau perak murni menduduki peringkat pertama yang mengalami pertumbuhan signifikan. Komoditas emas mendominasi pasar jual beli perhiasan dengan pangsa mencapai 59% pada 2016.
Terkait produk yang paling banyak dicari, studi tersebut merujuk pada kalung dan cincin, baik untuk kebutuhan pernikahan maupun kebutuhan konvensional lainnya.
Adapun, Indonesia merupakan pasar menggiurkan bagi industri perhiasan di Asia Tenggara karena jumlah kelas menengah yang cukup besar dengan pendapatan memadai.
Kementerian Perindustrian mencatat industri perhiasan berkontribusi signifikan pada perekonomian nasional, dengan industri perhiasan dan aksesoris mencapai 36.636 unit pada 2015. Nilai produksi di tahun tersebut mencapai Rp10,45 triliun, menyerap tenaga kerja sebanyak 43.348 orang, dan menghasilkan devisa US$3,31 miliar.
Pendiri PT Hartadinata Abadi, perusahaan produsen aksesoris, Ferriyady Hartadinata menyampaikan Indonesia memang meruakan pasar terbaik bagi industri perhiasan, bersamaan dengan kondisi ekonomi masyarakat yang membaik.
“Pada 2003 kami hanya melayani permintaan perhiasan emas sekitar 100-150 kg per bulan. Sejalan dengan bertumbuhnya pangsa pasar perhiasan emas di dalam negeri, kami tumbuh 20%-25% setiap tahunnya,” jelas Ferriyady.