Bisnis.com, JAKARTA - Chappy Hakim menyatakan secara resmi keputusannya untuk mundur dari PT Freeport Indonesia setelah menjabat sejak November 2016.
Dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Sabtu (18/2/2017), Chappy Hakim mundur dari posisi Presiden Direktur dan akan kembali ke posisi semula sebagai penasehat perusahaan.
"Saya telah memutuskan bahwa demi kepentingan terbaik bagi PTFI dan keluarga saya, saya mengundurkan diri dari tugas-tugas saya sebagai Presiden Direktur dan melanjutkan dukungan saya kepada perusahaan sebagai penasehat," ujarnya.
Dia mengaku, mengemban tugas sebagai Presdir PT Freeport Indonesia membutuhkan komitmen waktu yang luar biasa. Oleh karena itu, dia melepas jabatannya dan kembali menjadi penasehat perusahaan.
"Menjabat sebagai Presiden Direktur PTFI memerlukan komitmen waktu yang luar biasa," katanya.
Richard C. Adkerson, Chief Executive Officer dan President Freeport-McMoRan Inc., menyampaikan terima kasih ke Pak Chappy atas sumbangsihnya, dan menyatakan, "Kami memahami bahwa ini adalah keputusan yang sulit dibuat oleh Pak Chappy. Kami menyampaikan apresiasi atas jasa-jasa dan dukungan beliau terhadap perusahaan. Kami berharap untuk terus dapat menerima nasehat-nasehat dan saran-saran beliau."
Sebelumnya, pada 19 November 2016, beredar interoffice memorandum dari CEO Freeport-McMoRan Inc., induk usaha PTFI di Amerika Serikat, Richard C. Adkerson yang menyatakan bahwa Chappy akan ditunjuk sebagai Presdir PTFI.
Chappy mengawali karir di Skadron 2 Halim Perdanakusuma pada 1973, karir Chappy Hakim di dunia militer terus menanjak hingga menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) pada 2002 hingga 2005.
Sebelum menjadi Kasau, berbagai tanggung jawab telah diemban oleh pria kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1947 ini.
Dia pernah menjadi Komandan Skadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma pada 1989, Komandan Wing Taruna AAU pada 1992, Komandan Lanud Sulaiman Bandung pada 1995, dan Direktur Operasi dan Latihan (Diropslat) TNI AU pada 1996
Setelah itu, dia menjadi Gubernur AAU pada 1997, Asisten Personel Kasau pada 1999, dan Danjen Akademi TNI sejak 2000.
Namun dari sekian banyak jataban dan pengalaman yang ditorehkan Chappy, memang tidak ada satupun yang berkaitan langsung dengan sektor pertambangan.
Tetapi, berkaca pada kebijakan Freeport sejak dua tahun lalu, penunjukkan Chappy yang berlatar belakang seorang militer tidaklah terlalu mengejutkan. Pasalnya, Presdir PTFI sebelumnya, Maroef Sjamsoeddin, juga berasal dari kalangan militer, TNI AU, dan tidak memiliki pengalaman di bidang pertambangan saat diangkat menjadi nahkoda PTFI.