Bisnis.com, JAKARTA--Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan IV/2016 tercatat sebesar US$317,0 miliar atau tumbuh 2% year on year (BI). Pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV 2016 melambat dari triwulan sebelumnya sejalan dengan perlambatan ULN Jangka Panjang.
Pada akhir triwulan III/2016, ULN Indonesia tercatat sebesar US$325,3 miliar atau tumbuh 7,8% (yoy). Berdasarkan jangka waktu asal, perlambatan pada kuartal terakhir tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan ULN jangka panjang yang melambat.
Kendati melambat, posisi ULN Indonesia masih didominasi ULN jangka panjang. Posisi ULN berjangka panjang pada akhir triwulan IV/ 2016 mencapai US$274,9 miliar atau sebesar 86,7% dari total ULN.
"ULN jangka panjang tersebut tumbuh sebesar 1,1% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan III/2016 sebesar 8,7% [yoy]," tulis Bank Indonesia dalam laporan statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI), Jumat (17/2/2017).
Sementara itu, ULN jangka pendek meningkat. ULN jangka pendek ini tumbuh sebesar 8,6% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III/2016 yang tumbuh sebesar 4,6% (yoy). Adapun, posisi ULN berjangka pendek pada akhir triwulan/IV 2016 tercatat US$42,1 miliar atau sebesar 13,3% dari total ULN.
Meski ULN jangka pendek meningkat, BI mencatat kemampuan cadangan devisa untuk menutupi kewajiban jangka pendek membaik. Hal itu tercermin pada rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa yang turun dari 37,4% pada triwulan III/2016 menjadi 36,1% pada triwulan IV 2016 sejalan dengan meningkatnya posisi cadangan devisa.
Dari laporan statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI), perlambatan ULN Indonesia pada akhir tahun lalu tersebut juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ULN sektor publik yang melambat maupun ULN sektor swasta yang menurun.
Meski masih dominan, ULN sektor swasta turun sebesar 5,6% (yoy) pada triwulan IV/2016, lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 2%.
Pada akhir triwulan IV/2016, posisi ULN sektor swasta mencapai US$158,7 miliar atau sebesar 50,1% dari total ULN. Sementara itu, posisi ULN sektor publik tercatat US$158,3 miliar atau sebesar 49,9% dari total ULN.
Menurut BI, ULN sektor publik tumbuh 11% pada triwulan IV 2016, lebih lambat dari triwulan sebelumnya sebesar 20,8% (yoy). Sepanjang triwulan IV/2016, posisi ULN swasta terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,6%.
Pertumbuhan ULN pada sektor keuangan, industri pengolahan, dan pertambangan menurun dibandingkan dengan triwulan III/2016. Sementara itu, pertumbuhan tahunan ULN sektor listrik, gas dan air bersih melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN pada akhir triwulan IV/2016 tercatat sebesar US$317,0 miliar atau 34% terhadap PDB, lebih rendah dibandingkan dengan 36,2% terhadap PDB pada akhir triwulan III/2016 dan 36,1% terhadap PDB pada akhir 2015.
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada triwulan IV 2016 tetap sehat, namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.
Pertumbuhan tahunan ULN sektor swasta terus menurun. Pada triwulan III/2016, ULN sektor swasta turun 2,7% (yoy) pada triwulan III 2016, lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,3%. Sebelumnya, ULN sektor swasta pada triwulan I/2016 juga turun 3,1%, dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 0,5%