Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NERACA DAGANG JANUARI 2017: Terbesar Dalam Tiga Tahun, Didorong Laju Ekspor

Pertumbuhan ekspor yang signifikan mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2017 menjadi US$1,4 miliar, surplus bulanan terbesar dalam 3 tahun terakhir.
Aktivitas bongkar muat di kawasan Tanjung Priok, belum lama ini. Akibat faktor perdagangan internasional yang belum pulih itu, pada 2016, JICT hanya menargerkan produktivitas bongkar muat dengan volume 2,3 juta atau 2,4 juta twenty foot equivalent units (TEUs). JIBI/BISNIS/Nurul Hidayat
Aktivitas bongkar muat di kawasan Tanjung Priok, belum lama ini. Akibat faktor perdagangan internasional yang belum pulih itu, pada 2016, JICT hanya menargerkan produktivitas bongkar muat dengan volume 2,3 juta atau 2,4 juta twenty foot equivalent units (TEUs). JIBI/BISNIS/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekspor yang signifikan mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2017 menjadi US$1,4 miliar, surplus bulanan terbesar dalam 3 tahun terakhir.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan ekspor pada bulan pertama tahun ini tercatat sebesar US$13,38 miliar atau tumbuh 27,71% secara year-on-year (Yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang senilai US$10,48 miliar. Meningkatnya harga komoditas membuat ekspor melonjak.

Sementara itu, impor naik 14,54% dari US$10,47 miliar menjadi US$11,99 miliar. Impor bahan baku dan penolong menjadi penyumbang pertumbuhan impor terbesar, setelah meningkat 20,92%.

Impor barang modal juga menunjukkan perkembangan positif setelah naik 6,04%. Di sisi lain, impor barang konsumsi anjlok 13,39%.

"Kalau dilihat, surplus ini merupakan surplus bulanan terbesar sejak Januari 2014," ungkap dia dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2017).

Surplus terbesar berasal dari hasil transaksi perdagangan dengan India yang nilainya US$989 juta, AS sekitar US$804 juta, dan Belanda US$284 juta. Adapun defisit perdagangan tertinggi adalah China dengan US$1,37 miliar, Thailand sebesar US$240 juta, serta Australia sekitar US$180 juta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper