Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Karet Sumut pada Kuartal I/2017 Diprediksi Melorot 50%

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara memperkirakan produksi karet pada kuartal I/2017 akan melorot 40%-50%. Alasannya, sejak Januari 2017, beberapa sentra produksi mulai mengalami gugur daun.
ilustrasi penyadap karet./Bisnis
ilustrasi penyadap karet./Bisnis

Bisnis.com, MEDAN — Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara memperkirakan produksi karet pada kuartal I/2017 akan melorot 40%-50%. Alasannya, sejak Januari 2017, beberapa sentra produksi mulai mengalami gugur daun.

Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan, beberapa daerah yang sudah mengalami gugur daun di antaranya Labuhan Batu dan Simalungun.

“Gugur daun ini tidak terjadi serentang memang. Ada yang sudah dan ada daerah yang belum. Ini alami memang, dan tidak ada upaya yang bisa dilakukan. Biasanya belahan Utara dulu, kemudian ke Selatan. Kalau di Sumut, daerah yang berbatasan dengan Aceh dulu,” papar Edy, Jumat (10/2/2017).

Lebih lanjut, dia menjelaskan, di Sumut gugur daun akan berakhir pada akhir Maret 2017 hingga awal April 2017. Adapun, saat ini penurunan produksi sudah mulai dirasakan pabrik, yakni 5%. Dampak penurunan produksi, lanjut Edy baru terasa dampaknya pada Februari-April 2017.

“Setelah gugur daun, tanaman butuh 1-1,5 bulan untuk recovery,” tambah Edy.

Pada kuartal I/2016, produksi karet Sumut mencapai 109.387 ton. Pada April 2016, jumlah produksi 35.2016 ton. Sepanjang tahun lalu, produksi karet mencapai 441.220 ton.

Edy mengemukakan, penurunan produksi karet tersebut juga tengah dialami Thailand akibat banjir. Penurunan produksi tersebut berpotensi menaikkan harga. Kendati demikian, masih ada dua faktor lain yang menjadi penentu. Dia merinci yakni pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor dan harga minyak mentah dunia.

“Harga sekarang di tingkat pabrik Rp24.000 per kg, dan di tingkat petani Rp11.000 per kg.”

Syamsuddin Siregar petani karet asal Padang Lawas Utara mengutarakan saat ini harga karet mencapai Rp10.500 per kg.

“Kalau dibandingkan dengan harga pada akhir Desember 2016, ini sudah bagus. Harga ini sudah 2 bulan.”

Berdasarkan data Gapkindo Sumut, sepanjang tahun lalu, dari total produksi tersebut, sebagian besar menjadi komoditas ekspor. Tercatat, ekspor karet Sumut menurun 3,33% atau 421.670 ton dari 2015 436.198 ton.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Syech Suhaimi merinci, pada Januari-Desember 2016, nilai ekspor karet dan barang dari karet mencapai US$1,02 miliar atau merosot 10,66% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$1,14 miliar. Negara-negara tujuan utamanya yakni Amerika Serikar, Jepang, China, India dan Brazil.

“Dari kelima negara tersebut, hampir semua mengalami penurunan. Hanya China dan Brazil yang naik permintaannya. China naik 12,11% menjadi US$99,5 juta dan Brazil naik 7,57% menjadi US$47,98 juta,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper