Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PAJAK PROGRESIF TANAH TERLANTAR: Pemerintah Yakini Tak akan Rugikan Pengembang

Pemerintah menjamin tidak akan merugikan dunia usaha properti dalam kebijakan pengenaan pajak progresif atas tanah terlantarn
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil memberikan penjelasan pada kunjungannya ke kantor Harian Bisnis Indonesia di Jakarta, Kamis (2/2)./.Bisnis-Nurul Hidayat
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil memberikan penjelasan pada kunjungannya ke kantor Harian Bisnis Indonesia di Jakarta, Kamis (2/2)./.Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah menjamin tidak akan merugikan dunia usaha properti dalam kebijakan pengenaan pajak progresif atas tanah terlantar.

Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah akan mengadopsi beragam praktik terbaik dari banyak negara tentang pengendalian tanah terlantar.

Menurutnya, cukup banyak negara yang mempraktikan kebijakan pengendalian tanah terlantar dengan instrumen perpajakan dan tanpa merugikan dunia usaha.

“Kita tidak akan membunuh angsa yang bertelur emas. Kota-kota kita berkembang karena karya para pengembang. Kita koreksi saja sedikit aturannya agar nilai tanah itu menjadi lebih rasional,” katanya saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, Kamis (2/2/2017) malam.

Sofyan mengatakan, ketentuan pajak progresif hanya akan diberikan pada tindakan pengumpulan tanah yang hanya ditujukan untuk kepentingan murni spekulasi tanpa ada rencana apapun di atasnya.

Pemerintah hanya akan menyasar spekulan, misalnya yang membeli lahan sawah hanya untuk dibiarkan terlantar sambil berharap ada peningkatan harga jual dalam periode tertentu. Atau, oknum-oknum yang memborong tanah-tanah di lokasi-lokasi yang bakal menjadi area proyek pemerintah.

Hal ini selama ini telah menyulitkan pemerintah dalam upaya penyediaan infrastruktur sebab biaya pembebasan lahan menjadi sangat tinggi karena aksi para spekulan ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper