Bisnis.com, JAKARTA—PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia terus memantapkan posisinya untuk menangkap peluang dari pangsa pasar perawatan pesawat turboprop dengan menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Kesepakatan yang berlaku hingga akhir 2017 ini ditandatangani oleh Direktur Base Operation GMF AeroAsia I Wayan Susena dan Direktur Pusat Teknologi Material BPPT Asep Riswono di Hanggar 4 GMF AeroAsia.
PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan bersinergi dalam pengembangan dan sertifikasi prototipe retread ban pesawat tipe Cessna 208 dan DHC-6.
Direktur Base Operation GMF AeroAsia I Wayan Susena mengatakan sertifikasi prototipe retread ban tersebut nantinya akan membuat GMF memiliki Technical Standard Operations (TSO) yang berguna untuk pekerjaan tyre retread ban pesawat.
"Setelah kami mendapatkan sertifikasi dan memiliki TSO, kami harap bukan hanya untuk general aviation saja, namun juga bisa menggarap tyre retread untuk pesawat narrow body, seperti B737 dan A320," katanya, Senin (30/01).
Guna mendukung rencana itu, GMF akan menyediakan tenaga ahli yang didukung dengan pengembangan teknologi dari BPPT. Adapun, tyre retread adalah proses pemasangan atau vulkanisir terhadap ban pesawat yang sudah gundul atau aus.
Seiring dengan kerjasama tersebut, Wayan optimistis pengembangan bisnis penyediaan jasa perawatan pesawat general aviation di dalam negeri, khususnya pesawat turboprop menjadi lebih mudah ke depannya.
“Pengembangan bisnis yang terus diupayakan GMF melalui berbagai partnership ini juga merupakan salah satu strategi menuju visinya untuk menjadi 10 besar MRO di dunia pada 2020 mendatang,” tutur Wayan.
Seperti diketahui, GMF sebelumnya juga telah menjalin kerjasama operasi dengan Merpati Maintenance Facility (MMF) guna menangkap pangsa pasar jasa perawatan pesawat general aviation di Indonesia timur yang berpusat di Surabaya, Manado dan Biak.
Dari kerjasama operasi yang berjangka waktu lima tahun itu, masing-masing manajemen GMF dan MMF akan memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan, dan akan dikelola secara terpadu oleh kedua perseroan.
Untuk GMF, anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tersebut bakal menyumbang sejumlah peralatan dan perlengkapan, sistem dan infrastruktur IT guna menunjang kerjasama operasi tersebut.
Kemudian, GMF juga memberikan pelatihan yang bersertifikasi terhadap personil-personil yang terlibat dalam proyek kerjasama operasi tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga aspek Quality, Cost, Delivery, and Service.
Sementara MMF akan menyumbang sarana dan prasarana berupa hanggar di Surabaya dan Biak, ruang kantor, penyimpanan material, peralatan, termasuk memfasilitasi sertifikat Approved Maintenance Organization (AMO).
Apabila tidak ada aral melintang, pendapatan yang bisa diraup GMF dari kerjasama dengan MMF tersebut mencapai US$50 juta pada 2018.