Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja penjualan ritel Jepang dilaporkan lebih rendah dari ekspektasi pada Desember dengan laju kenaikan yang melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan sentimen kelesuan konsumen yang terus menghambat ekonomi.
Seperti dilansir oleh Bloomberg (Senin, 30/1/2017), penjualan ritel negara tersebut naik 0,6% pada Desember 2016 dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Angka kenaikan tersebut lebih kecil daripada prediksi para ekonom dengan kenaikan 1,7%. Adapun pada November, indeks naik 1,7% atau penguatan pertama sejak Februari 2016.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, penjualan ritel turun 1,7% atau lebih besar dari prediksi penurunan sebesar hanya 0,5%.
Total belanja ritel mencapai 13,4 triliun yen (US$117 miliar), terbesar secara bulanan sejak Desember 2014.
Tingkat belanja konsumen yang buruk telah membebani ekonomi Jepang selama lebih dari satu tahun. Suatu rebound akan membantu meraih kembali daya tariknya sejalan dengan menguatnya ekspor, namun kenaikan upah yang terbatas dapat menghambat kenaikannya.
"Laporan tersebut pada dasarnya mengisyaratkan tetap lesunya konsumsi pribadi. Rumah tangga masih mengetatkan pengeluaran mereka dengan tingkat upah yang berjuang untuk naik,” ujar Yuichi Kodama, Kepala ekonom Meiji Yasuda Life Insurance Co.
Penjualan oleh mall dan supermarket turun 1,3% pada Desember dibandingkan dengan setahun sebelumnya, sementara belanja baju dan barang pribadi lainnya turun 2,1%.