Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Merosot, Industri Sepatu Butuh Insentif Pemerintah

Kalangan pengusaha alas kaki atau sepatu di Jawa Timur meminta pemerintah untuk memberikan insetif berupa kerja sama government to government (G to G) dengan negara lain mengingat kinerja ekspor alas kaki 2016 merosot hingga 4,4%.
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu./Ilustrasi-Wahyu Darmawan-Bisnis.com
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu./Ilustrasi-Wahyu Darmawan-Bisnis.com

Bisnis.com, SURABAYA – Kalangan pengusaha alas kaki atau sepatu di Jawa Timur meminta pemerintah untuk memberikan insetif berupa kerja sama government to government (G to G) dengan negara lain mengingat kinerja ekspor alas kaki 2016 merosot hingga 4,4%.

Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur, Winyoto Gunawan mengatakan selama ini pengusaha sudah meminta pemerintah agar menjalin kerja sama dengan pemerintah negara lain terutama untuk pengenaan bea masuk, tetapi hingga kini belum ada gerakan apapun.

“Beberapa tahun terakhir memang industri sepatu ini kalah saing terutama dengan Vietnam dan Eropa Timur, di mana produk mereka bisa dijual lebih murah karena tidak kena bea masuk. Berbeda dengan produk dari Indonesia yang masuk ke pasar ekspor AS dikenakan bea masuk lebih tinggi 4,95% dibanding Vietnam,” jelasnya, Rabu (18/1/2017).

Padahal, lanjutnya, sektor usaha alas kaki Indonesia selama ini merupakan industri terbesar ke empat di Asia, setelah China, India, dan Vietnam. Pangsa pasar produk alas kaki Indonesia di Asia sekitar 4,4%.

“Kalau setiap produk kita masuk ke negara lain dikenakan bea masuk sampai 5%, jelas akan kalah sekali harganya. Produk alas kaki dari Eropa Timur yang juga masuk ke Eropa Timur bisa lebih murah 10%-15%,” jelasnya.

Winyoto mengakui, pengusaha alas kaki Jatim yang akan memperbesar pasar ekspor pun kesulitan karena sejumlah negara juga telah dikuasi oleh produk-produk pesaing dari China, khususnya pasar di negara Timur Tengah.

“Ini sudah sangat sulit sekali untuk mengembangkan bisnis ke sana, belum lagi ditambah waktu dan biaya pengiriman barang ke Eropa Barat. Kita kalau kirim ke Erpa Barat paling cepat 3 minggu, jadi kalah dengan produk Eropa Timur yang cuma 2 hari,” paparnya.

Selain masalah pengenaan bea masuk ke negara lain, tambah Winyoto, industri alas kaki kini semakin tertekan akibat kurangnya bahan baku yang biasanya didatangan dari China. Harga bahan baku pun mengalami kenaikkan sampai 5% tahun ini. Hal ini bisa membuat produk alas kaki Indonesia semakin kalah bersaing dengan produk asing.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, total ekspor produk alas kaki dan sepatu di Jatim pada 2016 mengalami penurunan 4,05% atau secara nilai hanya tercapai US$502,724 juta dibandingkan capaian 2015 yakni US$523,921 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper