Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPJS-TK: Pembayaran Jaminan Hari Tua di Kota Malang Rp226,643 M

Pembayaran klaim Jaminan Hari Tua (JHT) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (TK) Kota Malang sepanjang 2016 menembus angka Rp226,643 miliar.
Warga mengantre pelayanan pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT) di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Solo, Selasa (1/9). Antrean terjadi pada hari pertama pencairan JHT untuk karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan berhenti kerja. /Bisnis.com
Warga mengantre pelayanan pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT) di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Solo, Selasa (1/9). Antrean terjadi pada hari pertama pencairan JHT untuk karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan berhenti kerja. /Bisnis.com

Bisnis.com, MALANG - Pembayaran klaim Jaminan Hari Tua (JHT) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (TK) Kota Malang sepanjang 2016 menembus angka Rp226,643 miliar.

Kepala Cabang BPJS TK Kota Malang Sri Subekti mengatakan realisasi pembayaran JHT sebesar itu diperuntukkan 22.182 TK atau kasus. “Pembayaran klaim JHT sebesar itu lebih besar dari realisasi pembayaran di 2015 yang mencapai Rp201,834 miliar,” ujarnya di Malang, Rabu (18/1/2017).

Namun dari sisi jumlah tenaga kerja (TK), lebih banyak penerima JHT di 2015 yang berjumlah 25.264 TK. Dengan angka itu, dia mengakui, memang banyak terjadi PHK pekerja di Kota Malang dan sekitarnya.

Namun penerima pembayaran klaim JHT sebanyak itu, banyak juga yang berasal dari TK kota lain karena pembayaran klaim bisa dilakukan di mana saja. “Seperti pekerja yang di-PHK di Kab. Pasuruan, ternyata banyak yang mengklaim pembayaran JHT-nya di Malang,” ujarnya.

Menurut dia, pemohon pembayaran klaim JHT terutama mereka yang di PHK dari industri hasil tembakau. Seperti Bentoel Grup, banyak mem-PHK pekerjanya sehingga hanya tersisa 6.000 pekerja.

Banyaknya pemohon pembayaran klaim JHT, dia akui, juga karena faktor regulasi yang membolehkan masa keanggotaan satu bulan untuk mengajukannya.Idealnya, JHT bisa dinikmati pekerja saat usia pensiun sehingga mereka memperoleh dana yang banyak untuk bekal pensiun.

“Saya sering menyosialisasikan masalah ini ke buruh. Juga meminta buruh yang di-PHK agar meneruskan program JHT secara mandiri maupun lewat perusahaan baru,” ujarnya.

Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Dias Satria mengatakan industri hasil tembakau di Malang saat ini kondisinya memang sedang sunset karena hambatan berbagai regulasi.

Bebarapa tahun lalu, industri ini menjadi primadona dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Malang dan sekitarnya. Namun ke depan, pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut tidak lagi bisa menyandarkan pada pertumbuhan investasi di industri rokok.

Karena alasan itulah, pada tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kota Malang tidak jauh berbeda dengan tahun lalu karena tidak ada investasi besar yang dapat mendorongnya.

Ketua Harian Forum Masyarakat Industri Rokok Seluruh Indonesia (Formasi) Heri Susianto menegaskan industri rokok yang benar-benar kondisinya terpuruk justru produsen sigaret kretek tangan (SKT). Tren penjualan SKT terus menurun bersamaan dengan tren kesenangan konsumen mengkonsumsi sigaret kretek mesin (SKM) daripada SKT.

Namun, dia mengingatkan, dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri SKT lebih banyak menyerap tenaga kerja daripada SKM. Karena itulah, mestinya pemerintah lebih melindungi industri SKT bila dibandingkan SKM dengan berbagai insentif mulai dari tarif cukai dan perpajakan.

Dengan adanya insentif tersebut, maka industri SKT diharapkan akan terus bertahan dan tetap dapat menyerap TK dalam jumlah besar. Jika pemerintah memberikan insentif ke industri SKT, dia yakinkan, tidak terlalu berpengaruh pada penerimaan negara karena jumlah produksinya tidak besar.

“Sudah pada tempatnya pemerintah memberikan insentif ke industri SKT karena perannya dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper