Bisnis.com, MEDAN—Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara optimistis kinerja ekspor sepanjang tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada kisaran 3%-5%.
MEskipun demikian, optimisme ini disertai dengan catatan bahwa ketiga negara produsen tidak kembali memberlakukan skema pembatasan ekspor.
Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menuturkan optimisme tersebut muncul karena beberapa negara utama tujuan ekspor karet provinsi ini mengindikasikan pemulihan ekonomi. Dia merinci, seperti China.
“China industri otomotifnya kelihatan mulai naik lagi. Kami melihatnya dari penaikan permintaan mulai November dan Desember 2016. Selain China, kami juga masih menunggu pemulihan Amerika Serikat, Jepang dan India. Ini pasar utama ekspor Sumut,” papar Edy, saat dihubungi Bisnis, Senin (16/1/2017).
Lebih lanjut, dia mengatakan, pada awal tahun ini belum ada tanda-tanda dari ketiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand akan memberlakukan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). Berdasarkan informasi yang Edy terima, pertemuan tingkan menteri (ministrial meeting) ketiga negara tersebut baru akan dilakukan pada bulan depan.
“Tapi kalau kami melihat kondisi saat ini, harga sudah cukup baik. Sudah cukup menggairahkan bagi petani. Jadi ya belum perlu. Apa lagi yang mau ditekan? Tapi kalau AETS diberlakukan kembali, ya volume ekspor akan menurun,” tambah Edy.
Berdasarkan data Gapkindo Sumut, volume ekspor karet sepanjang 2016 menurun 3,33% atau 421.670 ton dari 2015 436.198 ton. Edy menjelaskan, selain akibat skema pembatasan ekspor yang berlaku hingga 31 Desember 2016, penurunan tersebut juga akibat produksi yang merosot. Produksi karet pada 2016 tercatat 441.220 ton dari 2015 450.801 ton.
Adapun, pasca AETS, rerata harga karet mulai merangkak naik pada tahun lalu menjadi 137,76 sen Amerika Serikat per kg dari 136,93 sen per kg. Sementara itu, penyerapan karet lokal meningkat 33,87% yakni 19.550 ton dari 14.603 ton
“Selain karena AETS, akhir tahun lalu juga cuacanya kurang bagus, jadi produksi menurun.”
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, pada periode Januari-November 2016, nilai ekspor karet mencapai US$909,66 juta atau turun 14,31% dari periode yang sama 2015 US$1,06 miliar.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sumut Bismark Pardamean merinci, negara tujuan utama ekspor karet Sumut yakni Amerika Serikat dengan nilai US$196,84 juta pada Januari-November 2016, diikuti Jepang US$152,25 juta dan China US$84,7 juta serta India US$57,75 juta.
“Dari keempat negara tujuan utama tersebut, ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang masih menurun masing-masing 8,69% dan 13,36% year on year. India juga merosot 8,71%. Hanya China yang masih meningkat yakni 2,46%,” pungkasnya.