Bisnis.com, JAKARTA - Kendati kondisi makroekonomi saat ini tidak sepesat tahun lalu, bisnis keluarga masih tetap bergairah dan ambisius untuk meraih pertumbuhan.
Hal ini telihat dari hasil survey bertajuk ‘The Missing Middle: Brigding the Strategy Gap in Family Firms’ yang dilakukan oleh Pricewater Coopers (PwC). Sebanyak 88% bisnis keluarga menargetkan pertumbuhan sedangkan 44% memperkirakan pertumbuhan yang pesat dan agresif.
“Responden kami menyarakan bahwa perusahaan kelaurga adalah bagian penting di ekonomi makro, serta menawarkan stabilitas dan komitmen jangka panjang,” ujar Michael Goenawan, Enterpreneurial and Private Clients Leader PwC Indonesia, Selasa (6/12/2016).
Dia menambahkan banyak bisnis keluarga Indonesia yang akan terus mengandalkan modal mereka sendiri. Mereka yang berencana tumbuh lebih dari 10% setiap tahunnya selama lima tahun ke depan harus menggunakan sejumlah metode pembiayaan eksternal.
Temuan ini juga mengonfirmasi sejumlah tantangan yang harus dihadapi perusahaan keluarga selama 12 bulan ke depan. Mulai dari kondisi ekonomi, persaingan, rekrutmen karyawan, pelatihan dan keuangan atau ketersediaan dana.
Michael menambahkan tantangan utama lima tahun ke depan sebenarnya hamper serupa dengan survey sebelumnya. Namun, kali ini juga mencakup inovasi, upaya mengikuti perkembangan digital dan teknologi baru serta ketidakstabilan pasar.
Mayoritas bisnis keluarga di Indonesia berbentuk wirausaha, streamlined, dan memiliki proses pengambilan keputusan yang lebih cepat. Bisnis keluarga juga perlu bekerja lebih keras untuk merekrut dan mempertahankan SDM yang baik.
Soal konflik juga menjadi salah satu fokus perhatian. Nyaris seluruh bisnis keluarga di Indonesia (97%) memiliki setidaknya satu mekanisme untuk menangani konflik keluarga. Hal ini menunjukkan pentingnya meminimalisir risiko tersebut.