Bisnis.com, MAKASSAR - PT Pelindo IV diminta menjadi fasilitator antara operator pelayaran global SITC Container dengan operator pelayaran lokal untuk mengoptimalkan penyelenggaraan direct call di Pelabuhan Makassar.
Ketua Indonesia National Shipowners' Association (INSA) Makassar, Muhammad Hamka, mengemukakan hal tersebut bisa mejadi alternatif maupun solusi untuk lebih mengoptimalkan kinerja ekspor Sulsel maupun wilayah timur secara keseluruhan dalam kerangka pelayaran langsung ke negara tujuan.
Menurutnya, skema sinergitas yang berpotensi terbangun adalah SITC menggandeng operator pelayaran lokal untuk mengkonsolidasikan muatan melalui Pelabuhan Makassar sehingga direct call terbangun secara seutuhnya.
"Selama ini namanya saja direct call, tetapi kapal SITC justru masih melakukan persinggahan di pelabuhan utama di Tanah Air, karena kurangnya muatan dari Makassar. Nah ini seharusnya menjadi acuan agar operator lokal diberdayakan, Pelindo IV bisa memfasilitasi sebagai inisiator direct call di Makassar," katanya, Jumat (18/11/2016).
Di sisi lain, keberadaan SITC sebagai operator pelayaran global yang berbasis di Hongkong dalam penyelenggaraan direct call bisa menjadi pemicu realisasi beyond cabotage di wilayah timur, yang mana pelibatan operator lokal dalam mendukung secara optimal pelaksanaan jalur pelayaran langsung dari Makassar.
Kondisi tersebut, kata Hamka, mesti mendapat perhatian dari Pelindo IV sehingga penyelenggaran jalur pelayaran langsung dari Pelabuhan Makassarr ke pelabuhan tujuan ekspor bisa berjalan maksimal sehingga menciptakan efeisensi serta pemangkasan biaya logistik.
Selain itu, peran pemerintah daerah terkhusus tingkat kabupaten/gowa agar lebih agresif dalam menghimpun komoditas berklasifikasi ekspor sehingga bisa mengatasi masalah imbalance cargo dari Pelabuhan Makassar yang juga memicu direct call belum berjalan secara optimal.
Sekadar diketahui, penyelenggaraan direct call di Pelabuhan Makassar dibuka oleh Pelindo IV sejak akhir tahun lalu yang mana dilayani oleh SITC Container Lines asal Hong Kong, dengan volume secara rerata 350 kontainer per minggu dan 60% merupakan komoditas rumput laut.
