Bisnis.com JAKARTA - Pelaku industri pulp dan kertas dalam negeri meminta pemerintah menurunkan harga gas menjadi US$5 per MMBtu agar mendongkrak penjualan produk hingga 15%.
Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam mengatakan, tren ekspor pulp dan kertas Indonesia cenderung mengalami penurunan, seiring dengan turunnya kapasitas produksi dan tutupnya beberapa pabrik.
Hal tersebut dikarenakan semakin meningkatnya biaya produksi, harga jual kertas yang cenderung turun, dan membanjirnya produk-produk kertas impor serta mahalnya harga gas.
"Apabila harga gas diturunkan menjadi US$4-US$5 per MMBtu maka dampak ekonomi penurunan harga gas tersebut dapat meningkatkan daya saing industri pulp dan kertas nasional dan diharapkan dapat mendongkrak penjualan pulp dan kertas sebesar 15%," katanya, seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (15/11/2016).
Harapannya, lanjutnya, penurunan harga gas dapat segera diterapkan untuk mengembalikan kondisi industri pulp dan kertas yang cenderung mengalami penurunan dan juga untuk mendorong peningkatan kinerja industri pulp dan kertas sebagai industri nasional yang strategis dan berdaya saing global.
Harga gas bagi industri pulp dan kertas merupakan komponen terbesar kedua setelah biaya bahan baku dalam keseluruhan biaya produksi. Kebutuhan gas bumi untuk industri pulp dan kertas pada 2015 sebesar 301,92 MMSCFD.
Selama ini industri pulp dan kertas menggunakan energi dari beberapa sumber diantaranya gas. Namun, harga gas di Indonesia jauh lebih mahal dibanding harga gas di negara-negara tetangga kita di Asean. Harga gas yang diterima oleh Industri pulp dan kertas berkisar US$9,15-US$11 per MMBtu, sedangkan di negara Aseanlainnya harga gas di bawah US$5 per MMBtu.
"Perbedaan ini, berdampak langsung terhadap biaya produksi sehingga dapat menurunkan daya saing industri kertas," terangnya.
Sesuai dengan Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, industri pulp dan kertas ditargetkan untuk dapat menurukan emisinya sebesar 0.38 juta ton CO2 per tahun. Penurunan emisi ini hanya dapat dicapai dengan mengganti penggunaan energi dari batubara menjadi gas.
Hingga saat ini, industri pulp dan kertas dalam negeri merupakan industri strategis nasional yang memberikan konstribusi terhadap devisa negara sekitar US$5,6 miliar per tahun.
Industri pulp Indonesia menempati peringkat ke-9 di dunia dan industri kertas menempati peringkat ke 6 dunia. Adapaun di Asia, industri kertas berada di peringkat 3 di bawah China dan Jepang.