Bisnis.com, JAKARTA--Perlambatan ekonomi dunia dan besarnya bea masuk impor negara tujuan ekspor jadi penghadang pertumbuhan ekspor ban Tanah Air. Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Azis Pane mengatakan ekspor 2016 melambat karena situasi ekonomi dunia belum sepenuhnya pulih.
“Tahun depan, produksi bisa meningkat 2%-4% dan ekspor naik 5%-10%,” sebut dia kepada Bisnis. Tujuan ekspor utama Indonesia adalah Timur Tengah, AS, dan Afrika. Kawasan Timur Tengah menjadi yang terbesar dengan porsi sekitar 30%.
Namun, bea masuk impor yang tinggi di beberapa negara yaitu Yordania, Yaman, dan Turki, menjadi kendala perkembangan potensi ekspor. Di negara-negara itu, ban asal Indonesia dikenakan bea masuk sebesar 30% sejak pertengahan 2016. Padahal, sebelumnya besarannya hanya 5%.
APBI mengaku telah melayangkan surat ke pemerintah untuk membantu membicarakan penurunan bea masuk impor tersebut sejak tiga pekan lalu. Tetapi, hingga saat ini belum ada respons.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor ban vulkanisir sepanjang Januari-September 2016 terpangkas 6,11% secara year-on-year menjadi US$12,24 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$13,03 juta. Sementara, nilai ekspor ban luar dan ban dalam naik tipis 1,96% secara tahunan menjadi US$1,22 miliar dari sebelumnya US$1,2 miliar.