Bisnis.com, JAKARTA -- Pusat perbelanjaan atau mall di Singapura mencetak rekor kekosongan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, didorong tambahan pasokan baru dan konsumen yang makin irit.
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (29/10/2016), dalam tiga bulan terakhir tingkat kekosongan--luas area sewa yang tidak terpakai-- naik 0,6% menjadi 8,4% di akhir September 2016. Kekosongan terus meningkat kendati tarif sewa turun 1,5% di kuartal III/2016. Data tersebut dilansir oleh Urban Redevelopment Authority (URA)
Bloomberg mencatat, tingkat kekosongna mall Singapura di kuartal III/2016 merupakan yang paling tinggi sejak 2006. Namun, untuk diketahui, sejak 2014 URA mulai memasukkan pusat jajanan, hiburan, dan kebugaran ke dalam data area ritel. Data yang tercantum dimulai dari 2011. Sebelumnya, area ritel hanya menghitung toko.
Permintaan lapak di pusat perbelanjaan Singapura memang telah menciut seiring perilaku konsumen yang mengurangi pengeluaran di tengah perlambatan ekonomi. Terlebih, pembeli juga mulai beralih ke situs belanja online.
Hal ini terjadi bersamaan dengan peningkatan pusat perbelanjaan baru di mana bisa mendorong penurunan tarif sewa. Berdasarkan data Cushman & Wakefield, dalam tiga tahun mendatang, Singapura akan mendapat tambahan luas mall hampir 4 juta m2.