Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Atasi Gejolak Harga di Jakarta, Kementan Pasok Hingga 10 Ton Cabai Per hari

Untuk mengendalikan gejolak harga hortikultura, khususnya harga cabai di Jakarta, Kementrian Pertanian akan bekerja sama dengan avalis untuk memasok sekitar 8 hingga 10 ton cabai per hari dalam waktu dekat. Jumlah ini kemudian akan bertambah menjadi 30 ton cabai per hari pada 2017 atau 17% dari kebutuhan cabai di Jakarta yang mencapai 180 ton per hari.
Cabai merah/Ilustrasi-Bisnis
Cabai merah/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA-SOLO -- Untuk mengendalikan gejolak harga hortikultura, khususnya harga cabai di Jakarta, Kementrian Pertanian akan bekerja sama dengan avalis untuk memasok sekitar 8 hingga 10 ton cabai per hari dalam waktu dekat. Jumlah ini kemudian akan bertambah menjadi 30 ton cabai per hari pada 2017 atau 17% dari kebutuhan cabai di Jakarta yang mencapai 180 ton per hari.

Avalis atau champion ini merupakan kelompok yang membawahi sejumlah kelompok tani di sentra produksi cabai. Kehadirannya diharapkan dapat memutus rantai pasok hortikultura yang mencapai 8 hingga 9 tingkatan.

Yasid Taufik, Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian memengakui panjangnya rantai pasok menjadi salah satu penyebab tingginya disparitas harga cabai dari tingkat petani ke konsumen.

Menurutnya, harga cabai merah di tingkat petani saat ini hanya sekitar Rp20.000. Harga ini kemudian melonjak hingga Rp50.000 bahkan mencapai Rp70.000 per kilogram.

"Kenaikan harga cabai ini menyebabkan terjadinya inflasi. Padahal kalau dari pasokan cabai tidak ada masalah dan masih tercukupi karena kita memiliki banyak sentra produksi," ujarnya dalam jumpa media "Meredam Gejolak Harga dan Menjaga Pasokan Cabai", Selasa malam (25/10/2016).

Menurutnya, champion tersebut nantinya akan mendistribusikan langsung cabai secara kulakan dari petani ke Bulog, food station dan PPI dengan harga Rp22.000 per kilogram.

Nantinya Bulog bisa menjual cabai ke pasar retail sekitar Rp25.000 sehingga harga cabai yang dijual ke masyarakat maksimal Rp28.000 sesuai harga acuan dari Kemendag.

"Harga yang ditawarkan ke avalis atau champion ini memang lebih murah karena pemerintah memberi subsidi dan bantuan kepada petani binaan avalis sehingga harga dari petani juga bisa lebih murah," tuturnya.

Selain produksi dan rantai pasok, dia juga berharap pihak PD Pasar Jaya dapat mengatur stabilitas harga dari para pedagang sehingga harga yang dijual tidak terlampau tinggi.

Di samping itu, operasi pasar juga harus dijalankan untuk dapat menekan harga cabai yang tinggi pada harga jual eceran.
"Harga Rp70.000 ini sebetulnya bisa diredam kalau PD Pasar Jaya mau mengendalikan karena kami akan minta champion ini pasok 10 ton dengan harga Rp22.000.

Kalau lapak dibiarkan, tentu saja harganya jadi liar."

Pada tahun depan, subtitusi pasokan cabai ke Jakarta dari champion diharapkan bisa lebih besar mencapai 30 ton perhari melalui intensifikasi kelompok tani binaan avalis. Harganya pun diharapkan lebih rendah yakni sekitar Rp15.000.

"Idealnya seluruh kebutuhan cabai bisa dipasok dari champion tapi mungkin masih sulit untuk memutus langsung rantai pasok. Namun, dengan mengendalikan sekitar 17% hingga 20% dari kebutuhan, kami berharap bisa meredam harga cabai dan menemukan harga keseimbangan maksimal diangka Rp30.000 hingga Rp35.000."

Untuk memastikan ketersediaan pasokan cabai di sentra produksi menjelang 2017, kementerian Pertanian memantau langsung di Kabupaten Magelang, Kecamatan Grabag dan Dukun serta Kabupaten Temanggung, Kecamatan Bulu dan Ngadirejo. Termasuk ke beberapa sentra produksi di Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian luar Jawa. Dengan jadwal realisasi penanaman dianjurkan saat off season.

Ditjen Hortikultura akan mengembangkan kawasan cabai tahun 2016 untuk cabai besar seluas 6.834 dan cabai rawit seluas 6.557 yang tersebar merara di 22 provinsi.

Selain itu, memberikan bantuan benih cabai di 9 kabupaten sentra di Jawa yaitu 20.430 gram benih cabai besar dan 3.250 gram benih cabai rawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dewi Andriani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper