Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemenang Nobel Ekonomi 2016: Stop Perlakukan Surat Utang Seperti Saham

Ketidaktahuan tidak hanya baik, tapi juga menjadi yang hal diperlukan pada pasar surat utang.

Bisnis.com, JAKARTA – Ketidaktahuan tidak hanya baik, tapi juga menjadi yang hal diperlukan pada pasar surat utang.

Itulah kesimpulan dari pemenang Hadiah Nobel, Bengt Holmstrom, yang kemarin dinobatkan menjadi salah satu dari dua pemenang nobel di bidang ekonomi tahun 2016.

Kesimpulan tersebut dipaparkan dalam makalah yang disampaikan professor Massachusetts Institute of Technology tersebut pada konferensi Bank for International Settlement 2014 dan dipublikasikan tahun lalu.

Kesimpulan Holmstrom ini patut ditinjau kembali saat ini, di saat kebijakan moneter longgar bank sentral membuat obligasi lebih berperilaku seperti saham, tulis analis di Deutsche Bank AG, yang menyinggung peralihan peran antara kedua asset tersebut. Investor saat ini membeli saham untuk untuk pendapatan dan surat utang untuk peningkatan modal.

Makalah Holmstrom ini merupakan pengingat atas konsekuensi dari perlakuan yang sama terhadap kedua aset tersebut. Secara khusus, ia menitikberatkan pada adanya kebutuhan transparansi di pasar utang yang sebetulnya lebih cocok pada pasar saham.

 "Saya katakan tidak ada yang dapat dipertanyakan dari ciri khas likuiditas pasar uang; ini adalah ciri pasar uang yang seharusnya terlihat ketika mereka berfungsi dengan baik," tulisnya.

Holstrom berpendapat adanya persyaratan transparansi pada pasar surat utang dapat meningkatkan kemungkinan adanya kepanikan. Kurangnya informasi bukan merupakan upaya untuk menutupi sesuati dari investor, tetapi untuk meningkatkan likuiditas di pasar modal.

“Orang berpendapat bahwa likuiditas membutuhkan transparansi, tetapi ini merupakan pemahaman yang salah,” ujarnya.

"Apa yang diperlukan untuk likuiditas adalah informasi simetris mengenai imbal hasil dari efek yang sedang diperdagangkan sehingga pilihan yang merugikan tidak merusak pasar,” lanjutnya.

Singkatnya, transparansi di pasar surat utang mungkin akan lebih memberikan efek negatif daripada sisi positifnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper