Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Anggaran Kementerian PUPR Sudah 55,83%

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadikusumo mengumumkan realisasi anggaran Kementerian PUPR sampai 6 Oktober 2016 mencapai 55,83 persen dari pagu APBN-P Rp98,2 triliun.
Menteri PUPR Basuki Hadimulyono meninjau pekerjaan pembangunan Bendung Gerak Jabung di Lampung Timur, Rabu (5/11/2015)./JIBI
Menteri PUPR Basuki Hadimulyono meninjau pekerjaan pembangunan Bendung Gerak Jabung di Lampung Timur, Rabu (5/11/2015)./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA -  Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadikusumo mengumumkan realisasi anggaran Kementerian PUPR sampai 6 Oktober 2016 mencapai 55,83 persen dari pagu APBN-P Rp98,2 triliun.

"Untuk fisik sudah 59,56 persen. Ini lebih baik dari kondisi tahun lalu karena pada periode yang sama anggaran 42,9 persen dan fisik 49,29 persen," katanya dalam Jumpa Pers Capaian 2 Tahun Pembangunan Infrakstruktur PUPR Dalam Kabinet Kerja di Jakarta, Jumat (7/10/2016).

Basuki menjelaskan pihaknya optimis sisa waktu pekerjaan hingga Desember dengan target realisasi keuangan 94,38 persen dapat tercapai.

"Posisinya tinggal menggenjot target pekerjaan di seluruh direktorat," katanya.

Dikatakan PUPR sedang mengupayakan langkah percepatan antara lain memprioritaskan kendala utama untuk diselesaikan seperti pembebasan lahan.

"Seluruh kontraktor dan konsultan lakukan penagihan pembayaran sesuai waktu yang telah ditetapkan. Para pekerja lakukan pekerjaan jadi tiga shift per hari dan tujuh hari per minggu," katanya.

Kemudian, para petugas eselon 3 dan 4, pada masing-masing direktorat agar ke lapangan untuk meningkatkan pengawasan pelaksanaan pekerjaan.

"Monitoring juga dilakukan via e-monitoring agar cepat ambil keputusan," katanya.

Meski begitu, kata Basuki, salah satu tantangan pembangunan infrastruktur 2015-2019 adalah makin menurunnya daya saing global dan daya saing infrakstruktur.

"Domestik kita terus bergerak membangun, tetapi dunia luar juga berubah dan ini kondisi kita jadi menurun," katanya.

Ia memberikan contoh daya saing global Indonesia pada forum ekonomi dunia pada 2014/2015 rangking 34, lalu pada 2015-2016 melorot jadi 37.

Khusus infrastruktur, pada 2014-2015 rangking 72 maka pada 2015-2016 membaik menjadi rangking 64.

"Jadi, secara umum daya saing nasional, belum kuat karena keterbatasan dukungan infrastruktur," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper