Semangat tak mudah menyerah serta kondisi kehidupan yang memprihatinkan dari sisi ekonomi telah memaksa langkah kaki Zulkifli muda menapak keluar dari Padang Sidempuan di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Meski berat meninggalkan kampung halaman dan keluarga besarnya, ia tak mau menoleh ke belakang. Niatnya kuat, tekadnya bulat – merantau mengubah nasib.
Malang melintang melakoni kerja sebagai buruh harian di kebun orang, tidak membuatnya jera merengkuh ambisinya untuk hidup yang lebih layak. Hingga di suatu hari Zulkifli muda menginjakkan kakinya di Tungkal Ulu, Jambi dan menemukan tambatan hatinya gadis setempat.
Jalan berliku telah ia lalui, mulai dari menunggu pohon sawit bertumbuh, memetik tandan buah segar (TBS) dan mengisi pundi keluarga muda Zulkifli untuk membiayai kebutuhan 3 anak yang dibanggakannya. “Kami banyak dibantu Inti Indo Sawit dalam memulai kebun kelapa sawit yang awalnya hanya 2 hektar,” kata pria yang kini menyandang nama Haji Zulkifli Sihombing ini menyebut nama salah satu anak perusahaan Asian Agri.
“Jarak kebun kami ke rumah jauh, hingga harus menempuh 3 – 4 jam dengan berjalan kaki, syukur-syukura dakendaraan perusahaan, ya kami bisa ikut dan sampai lebih cepat,” ungkap H. Zulkifli. Di masa itu, lanjutnya, ia harus mengupayakan tambahan biaya dengan berjualan mi instan, yang dimasak oleh istrinya untuk para pekerja perusahaan sekitar kebun.
Bila kedua putrinya telah bekerja, berkeluarga dan mandiri, Zulkifli menaruh harapan besar agar putranya, yang menamatkan kuliahnya di negeri jiran Malaysia dan sekarangbekerja di Jakarta, kelak membantu melanjutkan usahanya di bidang kelapa sawit.
Zulkifli menyampaikan prinsip hidupnya, “Kalau kita sukses, tak ada gunanya jika sukses sendiri. Kita harus bawa orang lain sukses!”
Ia tidak sekedar berslogan. Para pekerja kebun yang kini membantu mengelola sekitar 50 hektar kebun miliknya, diberikan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup mereka dari pekerja menjadi pemilik lahan. Bagaimana caranya?
Para pekerja kebunnya diminta menyisihkan penghasilan mereka setiap bulan. Ketika jumlah uang arisan mencukupi untuk membeli satu kavling lahan atau sekitar 2 hektar kebun kelapa sawit maka Zulkifli akan membantu pekerja yang mendapat giliran memiliki lahan dan mengelolanya. “Artinya kita membawa orang lain untuk maju dan punya masa depan sebagai pemilik lahan.”
Haji Zulkifli adalah salah satu petani yang berbagi kisah dari 29.000 petani mitra Asian Agri, perusahaan kelapa sawit yang dibangun SukantoTanoto. Berbeda dengan pemilik usaha tani lainnya, Zulkifli yang sudah memiliki kendaraan roda dua dan roda empat serta empat truk pengangkut ini masih tetap tampil dengan kesederhanaannya.
“Kebahagiaan saya adalah ketika orang lain juga bisa menikmati hasil kebun sawit saya. Siang ini kita makan bersama dengan menu ala kebun, ayam panggang, sayur daun singkong, jengkol, dan air kelapa jeruk. Apalagi kurang nikmatnya?” ujarnya sumringah.
Obrolan Pak Haji Zulkifli ini membuat kami kami semakin lahap menikmati santapan di antara pepohonan kelapa sawit yang rimbun sambil merenungi petuah sang pekebun sejati.