Bisnis.com, JAKARTA—Setelah mengalami penurunan, ekspor Agustus 2016 tercatat meningkat 31,54% dibandingkan ekspor Juli 2016. Ekspor tercatat US$12,63 miliar, sementara itu nilai impor Agustus 2016 mencapai US$12,34 miliar atau naik 36,84% dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan ekspor Agustus 2016 disebabkan naiknya ekspor nonmigas menjadi US$11,5 miliar atau 34,84%. Ekspor migas juga naik 12,95% menjadi US$1,12 miliar. Secara kumulatif, neraca perdagangan pada Agustus 2016 mengalami surplus US$293,6 juta dipicu oleh surplus sektor nonmigas sebesar US$921,3 juta dan sektor migas justru defisit US$627,7 juta.
Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk. David Sumual mengatakan ekspor mengalami kenaikan setelah momentum Idul Fitri yang terjadi pada Juli 2016. Perbaikan ekspor berasal dari kelapa sawit serta lemak dan minyak hewan/nabati. Menurutnya, ekonomi China yang mulai cenderung stabil membuat negara itu kembali memasok produk dari Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peningkatan terbesar ekspor nonmigas Agustus 2016 terhadap Juli 2016 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam mencapai US$285,7 juta atau naik 151,94%. Lemak dan minyak hewan/nabati juga mengalami peningkatan 18,17% menjadi US$220,8 juta.
Kendati mengalami kenaikan, tren ekspor keseluruhan tahun ini belum bisa menyamai pencapaian tahun lalu. Secara kumulatif, nilai ekspor Januari 2016-Agustus 2016 mtercatat US$91,73 miliar atau menurun 10,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor keseluruhan tahun lalu mencapai US$150,25 miliar.
“Kelihatannya masih agak sulit [sama dnegan tahun lalu], sampai bulan ini kalau dibandingkan bulan lalu itu masih rendah. Surplusnya juga masih rendah dibandingkan tahun lalu. Tapi, ini baik kembali on the track setelah Lebaran,” katanya, di Jakarta, Kamis (15/9).
Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk. Akbar Suwardi mengatakan penurunan nilai ekspor sebesar 0,74% dibandingkan Agustus 2015 masih sejalan dengan lemahnya harga komoditas dan permintaan dari mitra dagang utama. Di sisi lain, kadar penurunan sepanjang tahun ini sudah menunjukkan perbaiki.
“Namun harus tetap diwaspadai masih ada kemungkinan penurunan ekspor akan bertambah di akhir tahun,” ucapnya.
Dia juga menyoroti masih negatifnya impor bahan baku dan impor barang modal secara year to date yang dapat menjadi indikasi industri substitusi impor di dalam negeri yang sedang tumbuh. Nilai impor Agustus 2016 mencapai US$12,34 miliar atau naik 36,84% dibandingkan Juli 2016.
Impor nonmigas tercatat US$10,58 miliar atau naik 40,90% dibandingkan Juli 2016 dan impor migas juga naik 16,55% atau mencapai US$1,76 miliar.
Nilai impor golongan bahan baku/penolong turun 10,74% dan barang modal juga turun 12,68% selama Januari 2016-Agustus 2016 mengalami dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebaliknya impor golongan barang konsumsi meningkat 11,79%.
“Meningkatnya impor konsumsi masih normal karena kondisi tersebut lebih didorong oleh koreksi yang cukup dalam di 2015 dan menguatnya rupiah semenjak awal 2016. Bahkan kondisi 2016 ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2014,” ujarnya.
Akbar mengingatkan perlu diwaspadainya perekonomian akibat nilai ekspor-impor yang terus melemah. Menurutnya, hal itu akan berdampak pada berkurangnya sumber pertumbuhan dari ekspor-impor dan kemampuan bayar utang luar negeri.
Saat ini, utang luar negeri pada kuartal II/2016 mencapai US$323,8 miliar atau naik 2,2% dibandinngkan kuartal sebelumnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan peningkatan ekspor juga dipicu oleh berkurangnya suplai produk di luar negeri karena Indonesia tengah disibukkan oleh momentum Lebaran.
Pasokan yang berkurang itu menyebabkan harga jual barang naik rata-rata 5%.
Kenaikan harga itu bertahan hingga ekspor suplai baru mulai memenuhi permintaan dari negara lain. Dia berharap ekspor dapat terus tumbuh kendati secara tren pada September 2016 ekspor berpotensi menurun. Menurutnya, produk karet dan turunannya seperti ban bisa menjadi andalan ekspor karena harganya yang saat ini sedang turun. Selain itu, kelapa sawit dan cokelat yang sudah diolah juga bisa mendorong ekspor.
“Komoditas yang berpotensi itu kelapa sawit dan turunannya, kopi, dan mobil termasuk bannya. Terutama yang kita punya bahan bakunya diproses disini, cokelat contohnya. Lalu kita ekspor, harga akan kompetitif,” katanya.
Ekspor Nonmigas Agustus 2016 Menurut Golongan Barang
- Bijih, kerak, dan abu logam US$285,7 juta (naik 151,94%)
- Mesin-mesin/pesawat mekanik US$203,1 juta (naik 54,48%)
- Perhiasan/permata US$185,3 juta (naik 52,58%)
- Kendaraan dan bagiannya US$184,3 juta (naik 50,03%)
-Lemak dan minyak kewan/nabati US$220,8 juta (naik 18,17%)
Sumber: BPS, 2016
Neraca Perdagangan: Ekspor Kembali On The Track
Setelah mengalami penurunan, ekspor Agustus 2016 tercatat meningkat 31,54% dibandingkan ekspor Juli 2016. Ekspor tercatat US$12,63 miliar, sementara itu nilai impor Agustus 2016 mencapai US$12,34 miliar atau naik 36,84% dibandingkan bulan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Veronika Yasinta
Editor : Fatkhul Maskur
Topik
Konten Premium