Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Boeing Tingkatkan Target Penjualan di China

Boeing Co. meningkatkan proyeksi pendapatannya yang diperoleh dari pemesanan pesawat dari maskapai asal China selama dua dekade ke depan. Hal itu terjadi setelah terjadinya kenaikan yang pesat dari masyarakat kelas menengah China.
Logo sejumlah maskapai komersial  klien Boeing 787 tampak pada bagian lambung pesawat yang berada di arena Singapore Airshow 2016, Selasa (14/2/2016)./Reuters-Kevin Lam
Logo sejumlah maskapai komersial klien Boeing 787 tampak pada bagian lambung pesawat yang berada di arena Singapore Airshow 2016, Selasa (14/2/2016)./Reuters-Kevin Lam

Bisnis.com, CHICHAGO—Boeing Co. meningkatkan proyeksi pendapatannya yang diperoleh dari pemesanan pesawat dari maskapai asal China selama dua dekade ke depan. Hal itu terjadi setelah terjadinya kenaikan yang pesat dari masyarakat kelas menengah China.

Dalam laporan resminya, perusahaan asal Negeri Panda diperkirakan akan memesan sejumlah produk Boeing dengan total nilai US$1,025 triliun selama 20 tahun mendatang. Nilai tersebut setara dengan pemesanan 6.810 buah pesawat dalam periode yang sama.

“Kami terus melihat adanya pertumbuhan yang kuat pada jumlah penumpang pesawat di China. Sektor penerbangan menjadi bisnis transportasi yang tampak menjanjikan.” Kata Randy Tinseth, wakil presiden pemasaran di Boeing Commercial Airplanes, Selasa (13/9/2016).

Seperti diketahui, proyeksi terbaru tersebut naik tipis dari perkiraan pada 2015 lalu. Kala itu, Boeing memprediksi selama 20 tahun ke depan, 6.330 pesawat baru akan dipesan dengan nilai total pemesanan mencapai US$950 juta.

Sektor penerbangan di Asia telah tumbuh cukup pesat dalam sedekade terakhir. Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup stabil di kawasan ini, membuat perjalanan udara menjadi pilihan bagi masyarakat kelas menengah Benua Kuning.

Hal itu membuat pesanan pesawat dari Boeing dan Airbus Group SE. naik pesat selama periode tersebut. Prospek menjanjikan dari kawasan Asia terutama China, membuat Boeing berencana untuk membangun pusaw pembuatan pesawat di negara tersebut pada 2015.

Boeing snediri memperkirakan, pertumbuhan penumpang pesawat di Negeri Tembok Besar akan baik 6,4% per tahun selama 20 tahun ke depan. Sekitar  71% permintaan pesawat di Asia akan didominasi oleh maskapai asal China. Negara tersebut diperkirakan akan memiliki 7.720 pesawat pada 2035.

Sementara itu, untuk pesanan dari seluruh dunia, perusahaan yang berbasis di Chichago  memproyeksikan 39.620 pesawat baru dengan nilai total US$5,9 triliun akan dipesan hingga 20 tahun mendatang.

Namun demikian, laju pertumbuhan bisnis Boeing pada tahun ini dinilai masih akan mendapat tekanan dari pesaing lainnya seperti Airbus. Pasalnya, pada tahun ini Airbus berencana untuk meningkatkan penjualan produknya hingga lebih dari 650 armada pada tahun ini.

Perusahaan yang berbasis di Toulouse ini pun menargetkan untu menaikkan produksi pesawatnya hingga tujuh pesawat model A330 per bulan pada 2017. Hal ini merupakan tindak lanjut dari tren positif penjualan produknya pada tahun lalu.

Chief Executive Airbus Tom Enders mengatakan, pada tahun lalu  laba bersih perusahaan telah naik hingga 15%. Pada 2015, Airbus juga mencatat laba bersih hingga 2,7 miliar euro dengan total pemesanan 1.080 pesawat komersial.

Selain itu, bisnis Boeing pun diperkirakan akan mendapat pesaing baru dari Rusia. Pasalnya, pada awal bulan ini, perusahaan Irkut Corp. resmi meluncurkan pesawat komersial single-aisle ke pasaran. Memiliki jumlah tempat duduk mencapai 163-211 kursi, kehadiran pesawat dengan seri MC-21 ini diperkirakan akan menjadi pesaing seimbang bagi Boeing maupun Airbus. Irkut merilis, pesawat tipe ini dijual dengan harga US$990 juta per pesawat dan akan mulai dikirim pada 2018.

Kondisi ini tentu saja akan menambah tekanan dari Boeing yang hanya berhasil menjaring pesanan pesawat sebanyak 868 armada pada tahun lalu. Sementara itu hingga 14 Juni 2016, perusahaan menyebutkan bahwa jumlah pesanan tahun ini baru mencapai 275 armada. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Reuters/Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper