Di tengah isu kesulitan pasokan listrik, Asian Agri berhasil menciptakan swasembada listrik untuk unit usahanya sendiri. Bukan hanya itu, Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) itu pun masih surplus dan bisa digunakan oleh masyarakat.
Pengembangan pembangkit listrik itu jelas langkah signifikan. Upaya Asian Agri mengembangkan pembangkit secara swadaya itu bisa jadi menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan sejenis.
Bayangkan saja, bila seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Tanah Air mengembangkan pembangkit listrik sendiri program ketahanan energi nasional yang digagas pemerintah bakal segera kelar.
Dalam program penggunaan bauran energi nasional, pemerintah memang berikhtiar mengikis penggunaan bahan bakar minyak dan batubara. Pemerintah menghendaki, Republik ini harus segera mengembangkan energi terbarukan nan ramah lingkungan.
Tentu saja, upaya besar yang dilakukan perusahaan yang didirikan oleh pengusaha nasional Sukanto Tanoto itu bisa menjadi inspirasi. Bagaimana tidak, saat ini Asian Agri sudah berhasil membangun lima PLTBg masing masing berkekuatan 2 Mega Watt (MG) yang tersebar di Riau, Jambi dan Sumatra Utara. Hingga 2020 nanti, Asian Agri merencanakan mengembangkan 20 PLTBg
Asian Agri terus mendorong pembangkit PLTBg karena sejalan dengan komitmen sang Pendiri. Sukanto memang bertekad mengedepankan visi 4C untuk masyarakat, yakni good for community (berguna untuk masyarakat), good for country (berguna untuk negara), good for climate (bersahabat dengan iklim) dan tentu saja berdaya guna untuk perusahaan (good for company).
Di tengah perkembangan zaman, listrik sudah menjadi kebutuhan dasar. Dengan adanya listrik, Asian Agri meyakini, akan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang berujung pada penghapusan kemiskinan.
Freddy Widjaya, Direktur Asian Agri menegaskan, produk industri sawit nasional sangat potensial diubah menjadi biofuel untuk kebutuhan kendaraan bermotor hingga mengembangkan pembangkit listrik. Data Kementerian Pertanian menyebutkan hingga tahun 2015 luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 11 juta hektar, dan 42% dari luasan tersebut dikelola oleh petani. Dari luasan ini sebenarnya sudah kelihatan, berapa besar listrik yang dapat dihasilkan pembangkit ramah lingkungan.
Bahkan residu atau sampah hasil pengolahan minyak sawit yang berupa gas methan pun masih berdaya guna. Nah, gas methan inilah yang sebenarnya digunakan Asian Agri sebagai energi pembangkit listriknya.
"Penggunaan methan sebagai energi pembangkit listrik akan mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas industri"
Awal tahun lalu, Asian Agri telah meresmikan PLTBg Kebun Ukui, Provinsi Riau, berkapasitas hingga 2 MW. Pembangkit ini sejatinya bertujuan untuk mengolah limbah cair sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) atau gas methan menjadi energi listrik yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik operasional perusahaan, fasilitas umum serta fasilitas khusus yang dimiliki perusahaan.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana, pun memuji Asian Agri yang mampu memenuhi pasokan listriknya sendiri. "Langkah Asian Agri ini signifikan dan inspiratif bagi perusahaan-perusahaan sejenis sehingga tak hanya dapat menjaga lingkungan dalam operasionalnya," kata Rida, beberapa waktu lalu saat meresmikian PLTBg Kebun Ukui.
Rida menegaskan, langkah Asian Agri juga sejalan dengan program pemerintah membangun pembangkit listrik 35.000 MW.
Freddy menambahkan, pabrik listriknya itu juga mampu menjadi “juru penerang” masyarakat sekitar pabrik.
Asian Agri punya hitungan untuk memanfaatkan 1 sumber pabrik biogas. Kebutuhan listrik di satu pabrik sawit sendiri sekitar 700 kilowatt, sehingga masih ada sisa atau kelebihan listrik (excess power) sebesar 1,3 MW. Artinya, jika 1 rumah tangga sederhana membutuhkan 900 watt, maka kelebihan listrik Asian Agri dari lima PLTBg yang dioperasikan saat ini dapat dimanfaatkan oleh lebih dari 7.000 rumah tangga. Sehingga, secara langsung, Asian Agri ikut mendukung langkah pemerintah untuk memperbesar rasio elektrifikasi.
Jika seluruh pelaku industri kelapa sawit berinisiatif serupa, maka masalah kelangkaan listrik nasional akan terpecahkan tanpa perlu investasi dari pemerintah. Itulah sebabnya, Asian Agri memastikan akan terus mendukung langkah pemerintah melakukan diversifikasi energi terutama penggunaan energi terbarukan agar tidak lagi bergantung ke minyak bumi.