Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pinjaman dari CDB untuk Kereta Cepat Diperkirakan Cair Bulan Depan

PT Wijaya Karya Tbk memproyeksikan pencairan dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai Rp53 triliun untuk kereta cepat dapat dilakukan paling lambat September pasca penandatanganan kontrak proyek yang ditargetkan rampung akhir bulan ini.
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) menghadiri 'groundbreaking' pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Cikalong Wetan, Bandung Barat, Jawa Barat/Antara
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) menghadiri 'groundbreaking' pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Cikalong Wetan, Bandung Barat, Jawa Barat/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - PT Wijaya Karya Tbk. memproyeksikan pencairan dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai Rp53 triliun dapat dilakukan paling lambat September pasca penandatanganan kontrak proyek yang ditargetkan rampung akhir bulan ini.

Direktur Keuangan PT Wijaya Karya Tbk Steve Kosasih mengatakan pihak CDB juga tengah menyelesaikan perizinan terkait aturan internal dari Bank sentral China untuk dapat menyepakati pencairan pinjaman itu. Dia juga menyebut CDB berkomitmen mampu melakukan pencairan penuh senilai Rp53 triliun tahun ini tanpa perlu bertahap.

Steve mengungkapkan bunga yang diberikan pihak CDB tergolong rendah sekitar 2% dengan komposisi 60% dalam bentuk U$D dan 40% dari renminbi. Selain itu emiten konstruksi pelat merah itu optimistis bahwa penandatanganan kontrak proyek senilai Rp17 triliun akan dilakukan akhir bulan ini.

“Agustus Minggu ini sudah tanda tangan kontrak. Pasti, karena sudah negosiasi final. Dari negosiasi itu kami dapat 30% dari pekerjaan sipilnya selain itu kami dapet 37% dari total kontrak. Jadi it’s realy good buat kami. Apalagi kami juga dapat margin konstruksi,” katanya, Senin (22/8/2016)

Raihan kontrak itu akan memperbesar komposisi perolehan kontrak baru WIKA yang ditargetkan berasal dari swasta sebesar 63% dengan target aklhir tahun ini mencapai Rp52,8 triliun.

Steve memaparkan aksi korporasi yang akan dilakukan perseroan berupa right issue tidak akan digunakan untuk pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Sebab pemerintah menjanjikan proyek business-to-business tak akan menggunakan uang negara.

Sebelumnya korporasi konstruksi milik Negara itu menargetkan penambahan modal yang terdiri dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp4 triliun serta Rp2,1 triliun berasal dari pemegang saham publik.

"PMN kami tidak pakai untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Baik PMN maupun right issue tidak akan untuk itu. Nanti ada pendanaan lain," imbuhnya.

Steve memerinci proyek senilai total Rp70 triliun itu pendanaannya sebesar 75% merupakan hasil pinjaman dari China Development Bank (CDB) sedangkan sisanya 25% berasal dari pendanaan konsorsium

"Nah dari 25% itu terdiri dari 60% kami berempat dan 40% mitra kami dari China yang membangun [China Railway Construction Corporation Ltd]," imbuhnya.

Adapun dia juga menyebut ekuitas perseroan masih mencukupi untuk melakukan penyetoran modal kepada PT PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.Perusahaan itu dibentuk oleh Wijaya Karya dengan kepemilikan mayoritas sebesar 38% sedangkan sisanya PTPN VIII sebesar 25%, KAI sebesar 25% atau senilai, dan Jasa Marga sebesar 12%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper