Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur BI: Keputusan Potong Anggaran Belanja Bijaksana

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo menilai keputusan pemerintah yang memangkas kembali anggaran belanja merupakan keputusan yang bijaksana mengingat kondisi pereonomian dunia juga masih agak lemah.
Agus Martowardojo/Reuters-Supri
Agus Martowardojo/Reuters-Supri

Bisnis.com, JAKARTA—Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo menilai keputusan pemerintah yang memangkas kembali anggaran belanja merupakan keputusan yang bijaksana mengingat kondisi pereonomian dunia juga masih agak lemah.

Pemotongan anggaran demi membuat tekanan terhadap pemerintah dalam mengejar target pendapatan yang tinggi juga akan berkurang. Namun, dia mengingatkan bahwa tantangan memotong anggaran senilai Rp133,8 triliun tidaklah sederhana.

Seperti diketahui, penerimaan pajak dalam APBNP berpotensi mengalami shortfall sebesar Rp219 triliun bahkan setelah estimasi penerimaan dari program pengampunan pajak, yang mengakibatkan sisi belanja negara harus dipangkas sebesar Rp133,8 triliun. Nilai itu mencakup pemotongan belanja kementerian/lembaga Rp65 triliun dan transfer ke daerah Rp68,8 triliun.

 “Karena waktu APBNP itu rencana memotong Rp50 triliun, tapi realisasinya tidak berhasil memotong. Jadi kalau memotong anggaran Rp133 triliun, itu harus koordinasi, tentu yang tidak prioritas. Tapi secara umum itu akan membuat fiskal kita jadi lebih mungkin,” jelasnya, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (3/8/2016) malam.

Sebelumnya, Hendri Saparini selaku Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) menyatakan pemotongan anggaran oleh pemerintah di tengah berjalannya tahun anggaran bisa berdampak negatif bagi geliat ekonomi. Beberapa dampaknya seperti tender tidak bisa dibayar, pengadaan barang dan jasa berkurang sehingga sulit menggerakan swasta.

Menurutnya, kebijakan fiskal pada semester kedua tidak hanya bergerak pada perpajakan, melainkan juga mendorong kegiatan sektor swasta dan konsumsi masyarakat. Dia menilai pemangkasan anggaran sedianya berlangsung di awal tahun sehingga tidak menunda realisasi anggaran.

“Pemotongan memerlukan waktu sehingga menunda realisasi anggaran. Jadi sulit karena juga terkait pengeluaran lain. Harus ada pemikiran, kemampuan penerimaan pemerintah seberapa besar,” katanya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper