Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Teh Indonesia menyebut pemerintah dan seluruh stakeholder teh di dalam negeri harus gencar menggarap pasar ekspor. Pasalnya, biaya produksi teh domestik yang jauh lebih murah dapat memberikan manfaat ekonomi bagi negara dan pelaku usaha.
Ketua Umum Dewan Teh Indonesia, Rachmat Badruddin menyampaikan pemerintah sebaiknya melakukan promosi masif teh Indonesia. Menurutnya, kendati perekonomian dunia belum stabil, pasar internasional sangat terbuka lebar.
Dengan keterbukaan pasar yang lebih luas, Rachmat pun berharap petani-petani teh nasional dapat memperoleh nilai yang lebih baik dari rantai pasok komoditas tersebut.
Dia mengatakan nilai yang diterima petani selama ini sangat kecil sehingga mereka rentan mengalihfungsikan lahannya ke komoditas lain yang lebih menguntungkan.
“Kami telah menyusun peta jalannya sehingga diharapkan dapat membangkitkan teh Indonesia. Kita harus agresif dalam pemasaran dan meningkatkan konsumsi per kapita yang masih rendah. Pasar dalam negeri juga sangat potensial,” kata Rachmat di Jakarta, Minggu (31/7).
Rachmat mengatakan biaya produksi teh domestik jauh lebih rendah dari Kenya dan Srilanka yang merupakan dua produsen teh utama dunia.
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian mencatat pada 2014 lalu luas kebun teh nasional mencapai 120.222 hektare, dengan produksi sekitar 143.000 ton. Luasan lahan teh nasional didominasi Jawa Barat yang mencapai 77,27% dari total luas total teh nasional.
Kepemilikan kebun teh masih didominasi oleh perkebunan rakyat yaitu sebesar 46%, disusul oleh perkebunan milik swasta sebesar 31% dan milik negara sebesar 23%. Nilai ekspor teh pada 2013 tercatat sebesar USS157 juta.