Bisnis.com, JAKARTA - Kapal peti kemas ‘Tommi Ritscher’ dengan kapasitas lebih dari 4.000 TEUs menorehkan sejarah sebagai kapal peti kemas terbesar yang pernah sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Armada raksasa milik perusahaan pelayaran asal Denmark, Maersk Line, tersebut, akhirnya dapat sandar di Tanjung Perak pada Kamis (28/7/2016) setelah PT Pelindo III (Persero) berinovasi mengoperasikan Terminal Teluk Lamong (TTL) untuk melayani bongkar muat dengan peralatan modern yang efisien.
“Hari bersejarah ini membuktikan bahwa Surabaya sudah menjadi salah satu pusat perdagangan dunia, dengan dukungan fasilitas infrastruktur yang memadai dan modern. Pelindo III merasa terhormat karena inovasinya di bidang logistik dengan membangun Terminal Teluk Lamong dan merevitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) disambut baik oleh agen pelayaran internasional,” kata Sekretaris Perusahaan Pelindo III, Yon Irawan dalam siaran pers, Jumat (29/7/2016).
TTL yang diresmikan Presiden Joko Widodo tahun lalu merupakan terminal peti kemas dan curah kering yang beroperasi dengan peralatan semi-otomatis dan memiliki kedalaman kolam labuh -14 meter LWS.
Pelindo III juga sekaligus merevitalisasi APBS (jalur lintasan kapal) di Selat Madura yang semula selebar 100 meter menjadi 150 meter dan berkedalaman semula -9,5 meter LWS menjadi -13 meter LWS.
“Pengembangan kedua fasilitas tersebut membuat Pelabuhan Tanjung Perak berperan penting dalam menurunkan biaya logistik di Indonesia, karena dengan kapal yang lebih besar transportasi barang menjadi lebih efisien dan dengan peralatan yang lebih modern proses bongkar muat menjadi lebih cepat,” paparnya.
Di dermaga internasional TTL, peti kemas yang dibongkar muat di terminal ramah lingkungan tersebut total sejumlah 2.822 boks atau setara dengan 3.996 TEUs. Kapal berbendera Portugal buatan 2014 itu membongkar 549 boks peti kemas impor dan memuat 2.273 boks peti kemas ekspor, dengan tujuan muatan ialah Indonesia - Cintao (Tiongkok) - Busan (Korea Selatan).
“Jumlah peti kemas ekspor yang lebih banyak daripada peti kemas impor memberikan penanda positif pada perdagangan nasional di tengah perekonomian dunia yang mulai bangkit di semester kedua tahun 2016 ini,” ungkapnya.
Peralatan modern di TTL menarik pengguna jasa internasional karena menjanjikan kecepatan dan ketepatan kinerja bongkar muat. Konsep ramah lingkungan yang diusung anak usaha Pelindo III tersebut juga memberikan nilai tambah bagi para pengguna jasa di tengah tren global untuk cara berbisnis yang ramah lingkungan.
“Kami memberikan apresiasi kepada Terminal Teluk Lamong karena pelayanan yang excellent, baik dari segi peralatan, lapangan, dan staff yang melayani, sehingga proses sandar dan bongkar muat dapat berjalan dengan mudah dan cepat”, ujar Kapten Kapal Tommi Ritscher, Capt. Michael Mueller, di dermaga Terminal Teluk Lamong.
Dermaga internasional TTL memiliki fasilitas Ship To Shore crane yang berkemampuan twin-lift atau sanggup mengangkat 2 peti kemas berukuran 20 kaki secara bersamaan. Automated Stacking Crane (ASC) yang mendukung di lapangan penumpukkan peti kemas berkecepatan tiga kali lebih efisien daripada Rubber Tired Gantry (RTG) konvensional.
Selain itu karena beroperasi secara semi-otomatis, yakni dijalankan oleh operator dari balik menara kontrol, dapat memberikan keamanan pelayanan bagi pengguna jasa karena tidak ada pekerja (SDM) yang berada di lapangan penumpukkan peti kemas TTL.
Tommi Ritscher merupakan salah satu armada Maersk Line yang berukuran panjang 256 meter dan lebar badan kapal 34 meter. Dengan bobot kapal yang mencapai 48.338 ton, kapal tersebut membutuhkan kedalaman -12,4 meter LWS. Dermaga internasional TTL memiliki kedalaman -14 meter LWS sehingga dapat disandari kapal yang lebih besar lagi.
Maersk Line merupakan perusahaan pelayaran terbesar di dunia, asal Denmark. Berdasarkan ranking TOP 100 yang dirilis oleh Alphainer pada Januari 2016, Maersk Line memiliki armada terbanyak dan kapasitas angkut kapal terbesar. Perusahaan pelayaran tersebut mengoperasikan 589 unit kapal peti kemas dengan total kapasitas mencapai 3.010.757 TEUs atau 13,5% dari total kapasitas pengiriman peti kemas dunia.