Bisnis.com, JAKARTA—Pasokan baru ruang perkantoran di wilayah pusat bisnis atau central business district (CBD) Jakarta pada tahun ini akan mencapai rekor tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
Head of Markets PT Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia Angela Wibawa mengatakan, permintaan ruang perkantoran memuncak pada 2011 lalu, mencapai sekitar 420.000 m2. Banyak pengembang lantas tertarik untuk mengembangkan menara perkantoran baru sejak itu sebab pasokan ruang kantor masih terbatas.
Sejumlah besar proyek tersebut selesai pada tahun lalu, menyebabkan pasokan yang sangat banyak di pasar. Di sisi lain, permintaan tertekan tajam sejak 2014 akibat lesunya perekonomian global dan domestik.
Alhasil, tidak sedikit pengembang yang lalu menunda penyelesaian gedungnya ke tahun ini. Tahun ini, setidaknya akan ada pasokan baru sebanyak 600.000 m2 ke dalam pasar perkantoran CBD Jakarta.
Menurut catatan JLL, jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Tahun lalu, jumlah pasokan di CBD pada 250.000 m2, sedangkan 2014 bahkan kurang dari 30.000 m2. Pasokan tertinggi dalam periode 2006-2016 terjadi pada 2008, itu pun hanya sekitar 350.000 m2.
Hal ini akan menyebabkan pelemahan okupansi terus berlanjut sepanjang tahun ini, meskipun permintaan pun diprediksi akan mulai meningkat.
“Dari 2014, okupansi kantor CBD masih bisa di 94% kalau tidak salah. Sekarang, dengan masuknya ini sudah turun ke 85%,” katanya kepada Bisnis.com, dikutip Jumat (22/7/2016).
Dengan basis data yang berbeda, PT Colliers International Indonesia pun memproyeksikan tahun ini akan menjadi puncak pasokan baru ruang perkantoran. Total gedung baru yang akan beroperasi tahun ini mencapai 11 unit dan menyumbang pasokan 670.000 m2 ruang kantor di CBD.
Rekor tahun ini setidaknya akan bertahan hingga 2019. Colliers pun menemukan sejumlah indikasi kalangan pengembang masih akan menunda jadwal penyelesaian gedungnya di tahun-tahun mendatang, terutama yang saat ini masih dalam tahap perencanaan.
Permintaan Membaik
Angela mengatakan, tahun ini pergerakan permintaan sudah mulai terlihat, meskipun belum cukup kuat untuk mengimbangi pasokan yang masuk.
Penyerapan tahun ini diestimasikan mencapai 160.000 m2. Ini sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu yang kurang dari 50.000 m2.
Permintaan utama masih didorong oleh aksi relokasi penyewa ke gedung yang lebih baik. Gedung-gedung grade A menunjukkan pertumbuhan penyerapan positif, sedangkan grade B dan C justru negatif.
“Selama 2014-2015 awal kita lihat negative demand take up, tetapi sekarang kita melihat positif lagi. Namun, penyerapannya barang kali tidak akan secapat dulu seperti tahun 2011 atau 2012,” katanya.
Meski pasokan di lima tahun mendatang akan semakin berkurang dibandingkan tahun ini, tetapi rata-rata pasokan baru tetap lebih tinggi dibandingkan tren sepuluh tahun terakhir. Alhasil, okupansi akan terus melemah meskipun permintaan akan perlahan-lahan meningkat.
JLL memperkirakan, tren pelemahan okupansi baru akan berakhir ketika memasuki tahun 2020. Meski begitu, ketepakan proyeksi tersebut akan sangat bergantung pada perkembangan kondisi perekonomian dan kebijakan pemerintah.
Pasokan Ruang Kantor CBD Capai Rekor Baru Tahun Ini
JAKARTA—Pasokan baru ruang perkantoran di wilayah pusat bisnis atau central business district (CBD) Jakarta pada tahun ini akan mencapai rekor tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
Head of Markets PT Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia Angela Wibawa mengatakan, permintaan ruang perkantoran memuncak pada 2011 lalu, mencapai sekitar 420.000 m2. Banyak pengembang lantas tertarik untuk mengembangkan menara perkantoran baru sejak itu sebab pasokan ruang kantor masih terbatas.
Sejumlah besar proyek tersebut selesai pada tahun lalu, menyebabkan pasokan yang sangat banyak di pasar. Di sisi lain, permintaan tertekan tajam sejak 2014 akibat lesunya perekonomian global dan domestik.
Alhasil, tidak sedikit pengembang yang lalu menunda penyelesaian gedungnya ke tahun ini. Tahun ini, setidaknya akan ada pasokan baru sebanyak 600.000 m2 ke dalam pasar perkantoran CBD Jakarta.
Menurut catatan JLL, jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Tahun lalu, jumlah pasokan di CBD pada 250.000 m2, sedangkan 2014 bahkan kurang dari 30.000 m2. Pasokan tertinggi dalam periode 2006-2016 terjadi pada 2008, itu pun hanya sekitar 350.000 m2.
Hal ini akan menyebabkan pelemahan okupansi terus berlanjut sepanjang tahun ini, meskipun permintaan pun diprediksi akan mulai meningkat.
“Dari 2014, okupansi kantor CBD masih bisa di 94% kalau tidak salah. Sekarang, dengan masuknya ini sudah turun ke 85%,” katanya usai paparan publik JLL tentang kinerja properti kuartal II/2016, Rabu (20/7).
Dengan basis data yang berbeda, PT Colliers International Indonesia pun memproyeksikan tahun ini akan menjadi puncak pasokan baru ruang perkantoran. Total gedung baru yang akan beroperasi tahun ini mencapai 11 unit dan menyumbang pasokan 670.000 m2 ruang kantor di CBD.
Rekor tahun ini setidaknya akan bertahan hingga 2019. Colliers pun menemukan sejumlah indikasi kalangan pengembang masih akan menunda jadwal penyelesaian gedungnya di tahun-tahun mendatang, terutama yang saat ini masih dalam tahap perencanaan.
Permintaan Membaik
Angela mengatakan, tahun ini pergerakan permintaan sudah mulai terlihat, meskipun belum cukup kuat untuk mengimbangi pasokan yang masuk.
Penyerapan tahun ini diestimasikan mencapai 160.000 m2. Ini sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu yang kurang dari 50.000 m2.
Permintaan utama masih didorong oleh aksi relokasi penyewa ke gedung yang lebih baik. Gedung-gedung grade A menunjukkan pertumbuhan penyerapan positif, sedangkan grade B dan C justru negatif.
“Selama 2014-2015 awal kita lihat negative demand take up, tetapi sekarang kita melihat positif lagi. Namun, penyerapannya barang kali tidak akan secapat dulu seperti tahun 2011 atau 2012,” katanya.
Meski pasokan di lima tahun mendatang akan semakin berkurang dibandingkan tahun ini, tetapi rata-rata pasokan baru tetap lebih tinggi dibandingkan tren sepuluh tahun terakhir. Alhasil, okupansi akan terus melemah meskipun permintaan akan perlahan-lahan meningkat.
JLL memperkirakan, tren pelemahan okupansi baru akan berakhir ketika memasuki tahun 2020. Meski begitu, ketepakan proyeksi tersebut akan sangat bergantung pada perkembangan kondisi perekonomian dan kebijakan pemerintah.