Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas investasi melakukan matchmaking dengan mempertemukan tujuh perusahaan asal China yang berminat menanamkan modalnya dengan sembilan perusahaan lokal.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan dari sembilan perusahaan lokal tersebut, tiga diantaranya merupakan perusahaan di kawasan industri yang siap menjadi pilihan lokasi bagi investor China.
”Partner lokal merupakan salah satu aspek yang krusial dalam berinvestasi, kegiatan matchmaking ini mencoba untuk menjembatani hal tersebut. Masalah deal atau tidaknya itu urusan business to business,” ujarnya, Rabu (13/7/2016).
Dia melanjutkan, tujuh perusahaan China yang ingin bermitra merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan investasi, tekstil, konstruksi, otomotif, perdagangan, pertanian, ekonomi digital dan sektor manufaktur.
Selain tujuh perusahaan tersebut, sebuah perusahaan di bidang industri plastik Biaxially Oriented Polypropylene Films (BOPP) juga ikut menyampaikan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia senilai US$30 juta di Jakarta dan Semarang.
Mantan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia ini berujar selama ini banyak investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia dan kesulitan mencari mitra lokal. Padahal, di satu sisi, beberapa bidang usaha masih ada yang mensyaratkan presentase kepemilikan saham oleh perusahaan Indonesia.
Tampa Hutapea, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM yang juga merupakan deputy in charge untuk wilayah pemasaran China, mengatakan beberapa investor yang hadir masih dalam tahap penjajakan.
”Namun demikian, sebisa mungkin kami akan memfasilitasi kebutuhan investor China tersebut, termasuk mitra lokal. Untuk lokasi investasi dapat juga memanfaatkan lokasi di kawasan industri yang ada, atau bila memang diluar dari lokasi yang ada kami akan mempertemukan dengan kawasan industri yang mereka minati,” jelasnya.
Dari data BKPM untuk periode 2010-2015, komitmen investasi asal China tercatat US$52,3 miliar. Pada kuartal I/2016, realisasi investasi dari negara itu mencapai US$464 juta ,terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Posisi China tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong.