Bisnis.com, JAKARTA — Organisasi Buruh International memperkirakan buruh di industri tekstil dan garmen merupakan yang paling berisiko kehilangan pekerjaan akibat kedatangan sistem automasi (robot).
Menurut laporan terbaru International Labour Organization (ILO), terdapat sebanyak 9 juta pekerja Asean berada di industri tekstil, pakaian, dan alas kaki.
Dari jumlah tersebut, 64% pekerja tekstil di Indonesia terancam kehilangan pekerjaa, 86% di Vietnam, dan 88% di Kamboja.
Industri garmen di Kamboja biasanya memasok produk merek-merek terkenal, seperti Adidas, Marks and Spencer, Wal-Mart Stores Inc. dengan jumlah pekerja mencapai 600.000 orang.
Sementara itu, Vietnam dikenal dengan investasi besar di industri sepatu dan tekstil, seiring keikutsertaan negara tersebut dalam perjanjian perdagangan dengan pasar utama seperti AS. Vietnam saat ini dikenal sebagai pemasok garmen terbesar ke AS setelah China.
Sektor otomotif pun mendapat sorotan. ILO mencatat Indonesia dan Thailand merupakan negara dengan potensi kehilangan pekerjaan di sektor otomotif mencapai masing-masing 60% dan 70% dari total jumlah pekerja di kedua negara tersebut.
“Thailand dan Indonesia menghadapi risiko para pekerja di sektor otomotif digantikan oleh robot,” mengutip laporan ILO yang dirilis baru-baru ini.
Sebagai informasi, industri otomotif Asean memperkerjakan lebih dari 800.000 pekerja pada 2015. Thailand, yang dikenal sebagai “Detroit Asia Tenggara” merupakan pusat produksi dan ekspor produsen mobil ternama di dunia. Sektor tersebut memberikan sumbangan sekitar 10% terhadap total GDP Thailand.
ILO memperkirakan sekitar 50% dari jumlah pekerja di lima negara Asean berisiko kehilangan pekerjaan seiring penggunaan sistem automasi (robot) dalam dua dekade ke depan.
Menurut laporan itu, sekitar 137 juta pekerja atau 56% dari total buruh di Kamboja, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam memiliki risiko besar kehilangan pekerjaan akibat penggunaan robot.