Bisnis.com, JAKARTA- Tidak terduga ternyata hasil perhitungan suara referendum Inggris di Uni Eropa memenangkan Brexit.
Telegraph pada pk. 07.30 atau pk. 13.30 WIB menyebutkan yang menginginkan Inggris tetap di Uni Eropa sebesar 48,1%, dan yang keluar UE 51,9%.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan dengan Indoensia yang saat ini masih mengandalkan komoditas, membuat pemerintah mesti memikirkan upaya untuk mengatasi kemungkinan dampak dari keluarnya Inggris dari uni Eropa.
“Berharap pererintah membuat belanja yang efektif untuk mendorong ekonomi,” kata Hans Kwee saat dihubungi hari ini, Jumat (24/6/2016).
Kedua, ujarnya, bukan waktunya lagi pemerintah berpikir untuk mengejar pajak.
“Kalau kejar (pajak), bisnis makin berat. Pemerintah harus spending lebih besar dengan meminjam dana. Karena Urang rasio indonesa masih rendah,” kata Hans Kwee.
Ketiga, tambahnya, agar pemerintah mendorong industrialisasi untuk program jangka menengah.
“Kita harus berpikir jangan andalkan komoditas. Komoditas harus diolah. CPO , batu bara, timah, nikel,” kata Hans Kwee.
Dia memprediksi fundamental ekonomi Inggris dan Eropa akan sama-sama melemah. Karena akan ada pengenaan biaya masuk, dan pembatasan transaksi. “Kedua negara melambat.”
Keterlambatan ekonomi Eropa diyakini akan berimbas pada ekonomiAS dan China, yang menjadi mitra utama dagang Indonesia.
Pada akhirnya Indonesia terkena imbas Brexit.