Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri menghadiri puncak acara Konferensi Ketenagakerjaan Internasional atau International Labour Conference (ILC) ke-105 yang digelar di Palais des Nations (Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Jenewa, Swiss.
Konferensi Ketenagakerjaan Internasional (ILC) yang menetapkan kebijakan internasional mengenai ketenagakerjaan, diadakan setiap setahun sekali di Jenewa, Swiss. Konferensi ILC ke-105 tahun ini berlangsung selama 2 pekan dari 30 Mei hingga 10 Juni 2016, dihadiri oleh perwakilan delegasi dari 187 negara anggota dan melibatkan lebih dari 5.000 delegasi dari seluruh dunia dengan tema Membangun Masa Depan dengan Kerja Layak (Building a Future with Decent Work).
Masing-masing negara anggota diwakili oleh delegasi yang terdiri dari delegasi pemerintah, delegasi pengusaha, delegasi pekerja, dan penasihat. Setiap delegasi memiliki hak bersuara, hak mengungkapkan pendapat yang sama untuk membahas isu-isu terkini yang dihadapi dunia ketenagakerjaan. Adapun isu utama yang dibahas adalah pekerja muda, manajemen rantai suplai dan pekerjaan yang layak.
Menteri Hanif dijadwalkan menyampaikan pidato resmi pada Rabu, 8 Juni 2016 di hadapan semua pimpinan delegasi negara-negara anggota ILO, termasuk Mildred Oliphant (President ILC 2016) dan Guy Ryder (Direktur Jenderal ILO).
“Kita mendukung penyelenggaraan ILC ini sebagai sarana untuk meningkatkan komitmen dan kerja sama bidang ketenagakerjaan di antara sesama negara-negara anggota ILO,” kata Hanif di Jakarta sebelum berangkat ke Jenewa, Swiss, Selasa (7/6/2016).
Menaker Hanif mengatakan pertemuan-pertemuan dalam ILC yang digelar setiap tahun secara rutin ini melibatkan unsur tripartit dari masing-masing negara yang terdiri dari unsur pemerintah, unsur asosiasi pengusaha dan unsur serikat pekerja/serikat buruh (SP/SB).
Setelah pertemuan masing-masing unsur tripartit, dilakukan dialog bersama untuk mencari terobosan solusi dalam menangani berbagai isu dan tantangan ketenagakerjaan.
Pada Sidang ILC tahun ini, delegasi Indonesia yang dipimpin Hanif mengirimkan delegasi untuk empat komite yaitu, Komite Aplikasi Standar (Commite on the Application of Standards), Komite Ketenagakerjaan dan Pekerjaan Layak untuk Transisi Perdamaian (Committee on Employment and decent work for the transition to peace).
Dua komite lainnya yakni Komite Pekerjaan yang Layak dalam Rantai Pasokan Global (Committee on Decent work in global supply chains), dan Komite lain akan mengevaluasi Deklerasi ILO tahun 2008 mengenai Keadilan Sosial untuk Kesejahteraan Global (Committee for the Social Justice Declaration).
“Delegasi Indonesia berkomitmen melaksanakan tugas secara optimal dengan mengikuti persidangan secara saksama dan dapat memberikan usulan dan masukan yang konstruktif untuk kepentingan pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia khususnya dan internasional pada umumnya,” kata Hanif.
Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder membuka ILC ke-105 pada 30 Mei 2016 dengan menyampaikan laporannya yang berjudul “Prakarsa untuk akhiri Kemiskinan : Agenda ILO 2030”. Dia mengatakan, golongan yang sangat kaya menciptakan kapasitas untuk semakin memperkaya dirinya dan semakin memiskinkan yang miskin. “Sehingga keadilan sosial akan semakin jauh di angan-angan."
Ryder mendorong proses kerja yang mereview standar buruh dalam Komite aplikasi standar. Menurutnya, sistem yang kuat, berwibawa dan memiliki standar yang relevan adalah prasyarat yang efektif dan berpengaruh dalam dunia kerja.
Konferensi ini juga mengusulkan untuk menyetujui amandemen yang diajukan Konvensi Pekerja Maritim 2006, untuk memodifikasi aturan Sertifikat Buruh Maritim, yang mengakomodir aturan terhadap intimidasi dan penindasan awak kapal. Perubahan lain yang diajukan adalah usulan untuk memodernisasi dokumen identitas pelaut sebagaimana dimaksud dalam Konvensi 185.
Pada hari pertama Konferensi, Mildred Oliphant terpilih sebagai Presiden Konferensi ILC Ke-105 dari 30 Mei-10 Juni 2016. Oliphant telah menjadi Menteri Tenaga Kerja Republik Afrika Selatan sejak November 2010. Pada posisi Wakil Presiden terpilih Ramón Alberto Morales Quijano (delegasi pemerintah) dari Panama, Alberto Echavarria (delegasi pengusaha) dari Kolombia dan Eric Manzi (delegasi pekerja) dari Rwanda.