Bisnis.com, BOGOR - Para pelaku usaha yang terlibat pada komoditas sawit membentuk konsorsium untuk memberantas penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh penyakit Ganoderma pada tanaman sawit.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPBD) Bayu Krisnamurthi mengatakan konsorsium tersebut dibentuk guna membenahi seluruh permasalahan sawit di Indonesia selama ini.
"Kita tahu permasalahan sawit di Indonesia selama ini banyak yang harus dihadapi. Salah satunya adalah penyakit Ganoderma yang menjadi musuh bersama kalangan pelaku sawit," ujarnya di IPB Convention Center Bogor, Kamis (26/5/2016) petang.
Bayu memaparkan, kerugian yang diterima oleh para petani dan pengusaha sawit akibat penyakit Ganoderma tersebut setiap tahun potensinya mencapai Rp40 triliun. Sebab, secara nasional, tingkat serangan penyakit tersebut mencapai 2%-20%.
Bahkan, tingkat serangan Ganoderma akan terus semakin tinggi hingga mencapai 40%. Jika penyakit tersebut dibiarkan, maka diperkirakan Ganoderma akan merusak komoditas sawit dalam skala besar.
"Ganoderma ini merupakan penyakit yang sejak usaha sawit berdiri tidak pernah bisa disembuhkan. Makanya kami bentuk konsorsium ini dari seluruh stake holder dan ilmuwan yang mengerti di bidangnya," ujarnya.
Dia optimististis, konsorsium yang beranggotakan para ilmuwan, pelaku usaha, petani hingga pengusaha sawit tersebut bisa merumuskan persoalan yang mampu membenahi permasalahan sawit.
Menurutnya, BPBD siap menggelontorkan anggaran untuk riset tentang Ganoderma yang hasilnya bisa dijadikan rujukan kepada pemerintah dan pelaku usaha hingga petani sawit.
"Selain nanti ada riset yang mendalam untuk mengetahui pangkal masalah Ganoderma ini, akan dilakukan juga pelatihan-pelatihan pada petani sawit," ujarnya.
Target Jangka Pendek
Direktur Pengembangan Riset PT Riset Perkebunan Nusantara sekaligus salah satu inisiator konsorsium, Gede Wibawa mengatakan target jangka pendek pembentukan konsorsium adalah penerapan standard operating procedure (SOP) penanganan Ganoderma.
Penerapan SOP tersebut hasilnya akan diterapkan dalam sejumlah proyek peremajaan kelapa sawit dan kegiatan apapun yang terkait dengan tanaman sawit. Adapun, jangka panjangnya menyusun program prioritas terkait penanganan Ganoderma dalam lima tahun ke depan.
Dia menuturkan, berbagai teknologi penanggulangan Ganoderma telah dihasilkan mulai dari penyehatan lahan, penyediaan benih hingga teknik replanting kelawa sawi di lahan endemik Ganoderma.
Menurutnya, pengendalian Ganoderma tidak bisa dilakukan secara parsial. Oleh karena itu, diperlukan sinergitas dari semua pihak. "Makanya pembentukan konsorsium ini diharapkan menjadi sinergi kuat dalam riset dan diseminasi teknologi hasil riset," ujarnya.
Sementara itu, Direktur PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk., Tony Liwang optimistis pembentukan konsorsium mampu membenahi permasalahan sawit di Indonesia. Dia mengakui keberadaan Ganoderma menjadi penghambat produksi sawit yang selama ini dikelolanya. Namun, pihaknya mengimbau agar konsorsium juga fokus pada pembenihan yang tahan terhadap Ganoderma sehingga menghasilkan produksi yang lebih baik.
"Memang tidak benih yang 100% bisa tahan dari Ganoderma. Tapi ada baiknya semua produsen benih memproduksi dan menyeleksi benih sawit yang bisa tahan lebih lama dari Ganoderma," ujarnya.