Bisnis.com, SAROLANGUN - Area perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang bersertifikat Roundtable Sustainable Palm Oil hingga April 2016 mencapai 1,61 juta hektare, adapun cruide palm oil (CPO) bersertifikat mencapai 6,07 juta ton.
Direktur Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) Indonesia Tiur Rumondang mengatakan jumlah itu bagian dari total lahan dan CPO bersertifikat RSPO, yang saat ini sudah mencapai 6 juta hektare (lahan) dan CPO sekitar 2 juta ton.
"Target kami, pada 2020 seluruh penjualan CPO di Eropa sudah 100% [bersertifikat], di Indonesia dan Malaysia masing-masing 50%, India 30% serta di China 10%," ujarnya saat menyerahkan sertifikat RSPO kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tanjung Sehati di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Jambi, Selasa (24/5/2016).
Statistik RSPO di Jambi (per April 2016)
- RSPO Certified Area: 53.881 Ha
- Total produksi CSPO: 232.192 ton
- Total produksi CSPK: 53.094 Metric ton
- Set a side HCV area: 3.073 ha
- Terdapat 8 RSPO certified mills di Jambi dari 5 perusahaan, yakni Bakrie, Asian Agri, SMART, Brahma Binabhakti, Sime Darby
- Lahan petani plasma yg sudah mendapat sertifikasi RSPO: 17.323 ha setara dengan 8.389 individu pekebun rakyat.
RSPO, yang didirikan pada 2004, bertujuan mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit secara berkelanjutan melalui standar global yang kredibel dan melibatkan berbagai pihak. RSPO terdaftar di Zurich (Swiss). Kantor pusat di Kuala Lumpur (Malaysia) dengan perwakilan di Jakarta, London, Zoetermeer (Belanda), Quito (Ekuador), New Delhi (India), dan Beijing (China).
Anggota RSPO terdiri dari WWF, Malaysia Palm Oil Assotiation (MPOA), Unilever, Migros, AAK, bank, investor, peritel, pekebun sawit, produsen dan pedagang CPO, LSM lingkungan, LSM sosial dan produsen barang barang kebutuhan sehari-hari.
Tiur mengatakan RSPO merupakan respon efektif untuk menekan dampak terhadap hutan dan masyarakat dari meningkatnya permintaan minyak sawit. "Minyak sawit berkelanjutan bersertifikat menjadi bagian dari solusi," ujarnya.
Menutur dia, produksi minyak sawit Indonesia tumbuh tiga kali lipat selama dekade terakhir. Pertumbuhan rata-rata volume pada 2005-2015 mencapai 11%, sedangkan area mencapai 8%.
Di dunia, kata Tiur, selama 10 tahun terakhir permintaan dunia terhadap minyak nabati tumbuh lebih dari 5% per tahun, dan diperkirakan akan tumbuh pada angka yang sama selama 10 tahun ke depan.
Pada 2050, menurut Tiur, permintaan dunia terhadap minyak sawit diperkirakan meningkat dari 51 juta ton saat ini menjadi antara 120 juta ton dan 150 juta ton. "Ini sekitar 65% dari semua minyak yang diperdagangkan," ujarnya.
Produksi minyak sawit dunia meningkat dua kali lipat selama dekade terakhir. Industri kelapa sawit di Indonesia, kata Tiur, menyediakan lapangan pekerjaan secara tidak langsung bagi 16 juta keluarga di Indonesia.
Namun, buruh yang merupakan mitra kerja perusahaan harus dilindungi, termasuk menahan laju hutan tropis dan ekosistem lainnya yang memiliki nilai konservasi tinggi dibuka untuk memberikan ruang untuk perkebunan monokultur kelapa sawit.
Belum lagi, akuisisi lahan untuk perkebunan kelapa sawit sering kali menyebabkan konflik antara pemilik tanah adat dan pengembang perkebunan terkait kesepakatan atas lahan dan tingkat kompensasi.
Sejauh ini jumlah anggota RSPO ada di 10 negara yakni Inggris (360), Jerman (333), Belanda (177), Amerika Serikat (169), Italia (145), Prancis (135), Malaysia (127), Indonesia (110), Belgia (104), Australia (192).