Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pelaku usaha produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Tanah Air mengaku siap untuk mengekspor komoditas tersebut ke Rusia sesuai dengan volume yang dibutuhkan negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Juru Bicara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tofan Mahdi mengatakan ketersediaan minyak CPO Indonesia masih cukup mumpuni untuk diekspor ke negara tersebut. Selama ini, ekspor CPO ke Rusia masih terbilang kecil.
“Ekspor CPO Indonesia masih cukup kecil kalau ke Rusia. Sekitar 600.000 ton per tahun. Padahal, pasar negara itu sangat potensial untuk dijajaki perusahaan Indonesia yang ingin memperluas pasar ekspor,” kata Tofan di Jakarta, Kamis (19/5/2016).
Tofan mengatakn beragam industri yang berbahan baku CPO pun berkembang dengan baik di Negeri Beruang Merah, seperti industri makanan dan bahan pangan. Selama ini, kerja sama perdagangan komoditas CPO antara Indonesia dan Rusia belum terjalin dengan baik.
Data pemerintah mencatat 50% dari total perdagangan Indonesia dan Rusia adalah CPO, dan nilai perdagangan kedua negara sepanjang 2015 lalu mencapai US$1,98 miliar.
Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Rusia dan tiba di negara itu pada Rabu (18/5) lalu. Dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jokowi dikabarkan membahas peluang ekspor CPO ke negara itu.
Dalam keterangan yang ddipublikasikan situs resmi Sekretariat Negara RI, disebutkan bahwa Jokowi meminta pada Rusia untuk menghilangkan hambatan tarif dan nontarif pada produk minyak kelapa sawit, ikan, dan produk pertanian Indonesia yang diekspor ke negara itu.
Tofan mencatat sejumlah faktor menjadi penghambat belum masifnya ekspor CPO ke Rusia. terutama sektor perbankan Indonesia dan Rusia yang belum terkoneksi secara intensif untuk dapat memfasilitasi pembiayaan ekspor-impor.
Tofan menyebut pemerintah memang harus memanfaatkan negara-negara Eropa Timur yang hingga saat ini tidak terpapar kampanye antisawit seperti yang masif terjadi di beberapa negara Benua Biru lainnya.
PAJAK CPO
Februari lalu Rusia sempat dikabarkan akan mengenakan pajak 30% atau sekitar US$200 per ton pada CPO yang diimpor dari Indonesia, untuk meningkatkan konsumsi lemak hewani, minyak bunga matahari, dan minyak sayur yang diproduksi oleh petani lokal mereka. Kendati demikian, wacana ini dinilai berisiko menurunkan kapasitas industri manufaktur negara itu.
Pada 13 Mei lalu, Menteri Ekonomi Rusia, A Ulyukaev menolak pengajuan pengenaan pajak pada produk minyak sawit yang diimpor negara itu. Adapun, Rusia mengimpor hingga rata-rata 9 juta ton minyak nabati dari India, disusul sekitar 6,5 juta ton dari Uni Eropa.
Menurut Tofan, dengan adanya pembicaraan antarpemerintah kedua negara, pelaku usaha berharap pasar Rusia kian terbuka untuk dapat dijajaki perusahaan-perusahaan produsen CO Tanah Air. Indonesia merupakan produsen CPO terbesar dunia dengan kontribusi mencapai 50% produksi CPO global.