Bisnis.com, BALIKPAPAN - Berdasarkan survei harga pasar residensial primer, sekunder, dan komersial, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan menyimpulkan telah terjadi stagnansi pertumbuhan harga properti di kota minyak karena menurunnya permintaan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Suharman Tabrani berpendapat stagnannya pertumbuhan harga properti ini merupakan imbas dari kondisi ekonomi daerah yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
Bank Indonesia Balikpapan memang mencatat adanya pertumbuhan penyaluran kredit pada subsektor real estate sepanjang kuartal I/2016, namun pertumbuhan itu pun didorong oleh penjualan rumah tapak sederhana.
"Agar subsektor real estate, baik tempat perbelanjaan dan perumahan dapat tetap bertahan, kuncinya adalah daya beli masyarakat. Jadi perlu adanya pengembangan sektor-sektor lain yang dapat memberikan multiplyer effect dan mempengaruhi daya beli," tutur Suharman, Selasa (10/5/2016).
Stagnansi pertumbuhan harga properti itu dibenarkan oleh Real Estate Indonesia Balikpapan. Ketua REI Balikpapan Edi Juwadi mengatakan penjualan rumah kelas menengah atas dan rumah mewah memang mulai menurun sejak setahun silam.
Menurutnya, minat masyarakat saat ini tertuju pada rumah tapak sederhana, apalagi yang termasuk dalam program rumah murah yang diakomodir oleh pemerintah. Oleh karen itu, pengembang di kota minyak lebih melirik potensi pembangunan perumahan tapak sederhana ketimbang pembangunan rumah kelas menengah atas dan rumah mewah.
"Satu atau dua unit sebulan bisa terjual saja sudah bersyukur. Sejak awal tahun lalu, pasar properti berangsur mulai lesu. Biasanya satu bulan pengembang bisa menjual lima sampai tujuh unit, sekarang sangat sulit. Daya beli masyarakat di segmen ini sangat menurun drastis," tutup Edi.