Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inacraft 2016: Ditunggu-tunggu Pengunjung dan Pelaku Usaha

Bagi Sisca, pameran Inacraft adalah saat yang tepat untuk berburu produk-produk kerajinan yang berkualitas. Warga Bekasi ini bahkan mengaku tak pernah melewatkan sekalipun ajang ini sejak empat tahun lalu.nn
Produk Tenun Kubang di Inacraft/Bisnis-Reni Efita
Produk Tenun Kubang di Inacraft/Bisnis-Reni Efita

Bisnis.com, JAKARTA – “Ayo coba dulu, nanti di rumah menyesal loh sudah jauh-jauh ke sini,” kata Sisca Tunjung,  membujuk putrinya yang berumur 10 tahun untuk mencoba produk sepatu lukis di salah satu stan pameran Inacraft.

Bagi Sisca, pameran Inacraft adalah saat yang tepat untuk berburu produk-produk kerajinan yang berkualitas. Warga Bekasi ini bahkan mengaku tak pernah melewatkan sekalipun ajang ini sejak empat tahun lalu.

Kali ini, dia tak datang sendiri melainkan memboyong sembilan anggota keluarganya, mulai dari orang tua, anak, dan keponakannya. 

Mereka berangkat dari Bekasi sejak siang hari supaya lebih bebas memilih-milih produk. Bahkan dia sudah menulis daftar stan yang ingin dikunjungi, khususnya produk–produk sepatu, mainan edukatif, patung dan hiasan.

“Kalau ke mal paling begitu-begitu saja, kalau di sini bagus dan unik.  Itu yang buat saya senang. Soal harga sih ya relatif, menurut saya selama kalau produk handycraft bagus dan pembuatannya sulit, wajar saja kalau agak mahal.”

Sisca hanya salah satu dari pengunjung setia Inacraft yang rela berdesak-desakan keluar masuk dari satu stan ke stan lain.

Sekitar pukul 18.00 WIB hari Jumat (22/6/2016) lalu, ribuan pengunjung memadati arena pameran Inacraft di Jakarta Convention Center, Senayan. Wajah mereka sumringah sambil menenteng bungkusan barang belanjaan.

Sejumlah pengunjung warga negara asing pun terlihat di beberapa stan.  Pengunjung asing yang rutin datang ke event ini antara lain dari Malaysia, Singapura, Timur Tengah, Thailand, Srilanka, Jepang, Rumania, Vietnam, Afrika Selatan dan Australia.

Selain pengunjung, even Inacraft rupanya juga selalu ditunggu-tunggu para pelaku usaha. Bahkan mereka sudah mempersiapkan diri enam bulan hingga setahun sebelum hari H pameran.

Misalnya bagi Joni Agung Sudarmanto, pemilik usaha sepatu lukis Corpies asal Malang, Jawa Timur. Pria 25 tahun ini sudah lima kali berturut-turut ikut Inacraft.

Awalnya dia berpartisipasi sebagai binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dari Jawa Timur.

Namun kini dia mengaku membeli stan dengan biaya Rp17 juta, yang dibagi dua bersama pelaku usaha kerajinan lain.

Meski kini mulai mengeluarkan biaya sendiri, bagi Joni itu tak jadi masalah. “Karena manfaatnya banyak banget,” katanya.

Joni membawa 500 pasang sepatu lukis serta ratusan produk tambahan lain seperti tas lukis, bantal boneka lukis , dan hiasan dinding dari bahan daur ulang. Harganya bervariasi mulai dari Rp10.000 hingga Rp1 juta.

Kontribusi dari pemeran bisa mencapai  500% dari omzet bulanannya yang berkisar Rp20 juta – Rp30 juta.

Tahun lalu  penjualannya  mencapai Rp80 juta dalam satu periode pameran.

“Tahun ini saya menargetkan Rp100 juta. Saya sih optimis itu bisa tercapai melihat antusiasme pengunjung,” katanya seraya menambahkan pembelinya selain berasal dari Indonesia juga dari Malaysia dan China.

Menurut Joni ajang ini juga bermanfaat untuk promosi dan membuka pasar baru. Dia rutin mengkuti berbagai pameran seperti Inacraft serta pameran lain yang digelar Bank BUMN atau dinas setempat.

“Tapi dari semua, Inacraft adalah pameran paling ditunggu semua crafter di Indonesia karena pengunjungnya paling banyak. Jadi kita bisa mempromosikan produk ke semua orang, bahkan ke luar negeri.”

Hal senada juga disampaikan oleh Agostina Jane Maria Kurnadi pemilik Perca, produsen produk kebutuhan rumah tangga seperti selimut, bed cover, sprei, taplak meja, hiasan dinding, gorden dari bahan kain perca dikombinasikan dengan batik dan tenun.

Sejak sembilan tahun lalu, perempuan 42 tahun ini rutin mengikuti Inacraft. Pameran ini sudah menjadi sarana pemasaran andalannya, selain lewat online. Dalam sekali pameran, omzetnya bisa mencapai Rp70 juta - Rp90 juta, tiga kali lipat dari omzet bulanannya.

“Pengunjung tahun ini lebih bagus. Tahun lalu relatif sepi. Dalam dua hari ini total dapat sekitar Rp40 juta,” kata Jane yang penjualannya didominasi runner dari batik kuno.

Menurut Jane, Inacratf sudah seperti etalase kerajinan di Indonesia karena mengumpulkan pelaku usaha kerajinan terbaik dari seluruh daerah. Kesempatan untuk bertemu buyer dari dalam dan luar negeri, baik untuk transaksi ritel maupun dalam partai besar.

Di luar itu, ada keuntungan lain yang dia rasakan, yakni kesempatan bertemu supplier bahan baku seperti tenun dan batik dari berbagai daerah. “Di Inacraft ini ngumpul semua,” kata Jane yang setia menggarap pasar high end.

Melihat besarnya manfaat Inacraft, banyak pelaku usaha produk kerajinan berlomba ikut ajang ini setiap tahun. 

Salah satu pelaku usaha yang baru pertama kali ikut kegiatan ini yakni Rismaria Hutabarat, desainer produk fesyen dari bahan kain tenun ulos.

Rismaria yang mengaku sudah belasan tahun berbisnis selama ini memasarkan produknya di galerinya yang ada di Medan, Sumatera Utara. Namun, baru tahun ini dia mulai mencoba ikut ajang pameran bersama kenalannya.

“Karena saya ingin menjangkau pasar yang lebih luas. Penggemar ulos ini kan segmented, tetapi dengan memodifikasinya menjadi produk ready to wear seperti kemeja dan gaun pesta, penggemarnya bisa lebih banyak,” katanya.

Sebagai uji coba pasar, dia membawa produknya dalam pameran di Kementerian Perindustrian beberapa waktu lalu. Penjualannya mencapai  Rp45 juta dalam waktu tiga hari. Dalam Inacraft, dia memasang target penjualan Rp100 juta.

Ajang Inacraft yang digelar oleh Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) kini memang termasuk pameran produk kerajinan terbesar di Tanah Air. Ada satu kebanggaan bagi pelaku usaha bila berhasil mengikuti ajang ini.

Pasalnya panitia melakukan seleksi yang cukup ketat, mulai dari kualitas hingga kuantitas produk yang ditampilkan. Sekretaris Jenderal Asephi, Soegiarto mengatakan mutu produk yang dihasilkan perajin sudah  jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Dari 1.400 perusahaan kerajinan, baik produsen maupun eksportir dari 34 provinsi menjadi peserta Inacraft 2016, sebanyak 64% merupakan peserta mandiri alias tidak dibawa oleh dinas tertentu.

Hal ini, kata dia, menunjukkan, pembinaan terhadap industri kerajinan sudah mulai berhasil untuk menciptakan pelaku usaha yang berdaya saing.

“Mutu sudah mengalami peningkatan, tetapi mutu produk dan mutu pengusahanya akan terus didorong untuk ditingkatkan,” kata dia.

Soal transaksi, Soegiarto optimistis nilainya akan meningkat 10% dari tahun lalu. Inacraft tahun ini ditargetkan mencetak nilai transaksi sekitar Rp289,3 miliar dalam bentuk ritel dan kontrak dagang.

Pada 2015, nilai transaksi ritel pada pameran tersebut menyentuh Rp133 miliar dan kontrak dagang mencapai US$10 juta.

Menteri Perindustrian Saleh Husin sebelumnya mengatakan pameran seperti Inacraft harus terus didorong.

Menurutnya mekanisme ini cukup efektif untuk pemasaran sekaligus mendorong peningkatan daya saing industri.

Namun, lanjutnya, ke depan porsi peserta pameran sebaiknya diperbesar untuk produsen alih-alih eksportir.

“Hal itu supaya pelaku usaha dapat lebih memaksimalkan pemasaran sehingga yang menikmati nilai tambahnya adalah mereka sendiri bukan pedagang perantara,” tuturnya.

Saleh Husin juga mengingatkan daya saing pelaku usaha sebagai faktor utama yang harus terus ditingkatkan.

Pelaku UKM harus mempunyai inovasi dan kreativitas dan memperhatikan kualitas produknya. “Kalau demikian, harga jual produk akan bisa terdongkrak naik.”

Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan nilai jual produk kerajinan akan meningkat bila dibarengi dengan peningkatan fungsi, bukan hanya bersifat sebagai aksesori atau hiasan.  

“Kalau dulu, kerajinan lebih bersifat hiasan atau kelengkapan. Kalau bicara hari ini, tentu harapannya ingin menjadikan suatu produk yang menghasilkan kegiatan ekonomi.”

Kementerian Perdagangan mencatat ekspor produk kerajinan Indonesia pada awal tahun 2016 kian membaik dan menunjukkan pertumbuhan, kendati angkanya cukup tipis.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak menyebutkan ekspor kerajinan Indonesia pada tahun 2015 mencapai US$704,22 juta, meningkat 1,42% dari 2014 sebesar US$694,34 juta.

"Sedangkan ekspor pada Januari-Februari 2016 ini mencapai US$114,09 juta, meningkat 3,74% dibandingkan ekspor periode yang sama sebesar US$109,98 juta,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper