Bisnis.com, JAKARTA—Industri angkutan laut tengah menghadapi ancaman kerugian besar setelah tarif angkutan petikemas rute Asia-Eropa mengalami anjlok sebesar 78% akibat kelebihan kapasitas dan ketatnya persaingan.
Berdasarkan data Shanghai Containerised Freight Index, tarif kontainer rute Asia-Eropa turun drastis 78% ke level US$271 per TEU untuk minggu yang berakhir pada 15 April.
Sebelumnya pada 18 Maret, tarif peti kemas Asia-Eropa sempat menyentuh level terendah sebesar US$205 per TEU.
Bahkan, konsultan pelayaran asal Inggris Drewry pernah memberikan catatan bahwa usaha mengurangi kapasitas kapal justru akan mempercepat penurunan tarif angkutan laut dan kerugian industri melebar pada 2016.
Di tengah penurunan ini, perusahaan pelayaran milik A.P. Moller-Maersk Maersk Line justru berencana menaikkan tarif angkut peti kemas untuk rute Asia-Eropa Utara menjadi US$550 untuk peti kemas ukuran 20 kaki per Mei 2016.
Berdasarkan berita yang dilansir Reuters, Maersk Line juga akan menaikkan tarif angkut peti kemas ke sejumlah pelabuhan di Amerika Tengah dan Pantai Barat, Amerika Selatan menjadi US$1,050 per TEU pada 15 Mei 2016.
Awal tahun, Maersk Line mengumumkan kerugian US$182 juta pada kuartal keempat, setelah kehilangan 15% pangsa pasarnya. Ini merupakan kerugian pertama sejak 2012.
Untuk rute Asia-Eropa, Maersk Line menguasai sekitar satu perlima dari total pengiriman peti kemas.
Sayangnya, perusahaan tidak memaparkan alasan kenaikan tarif tersebut.
Dari dalam negeri, Komisaris Utusan PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) Bani Maulana Mulia mengatakan perusahaan juga harus melakukan penyesuaian terkait penurunan tarif di pelayaran luar negeri, khususnya tujuan Eropa, China, Korea dan Jepang.
Adapun, dia mengaku rata-rata penurunan untuk rute jarak jauh atau long haul mencapai lebih dari 10%.
“Internasional tarif, artinya termasuk tujuan Eropa, Korea, China dan Jepang memang hampir tertekan jauh. Jadi kita juga menjual freight tersebut sesuai dengan turun tarif internasional,” jelasnya, Rabu (20/4).
Kemudian, dia memaparkan rute ke beberapa negara Asia Tenggara, seperti Singapore, Malaysia, Thailand dan Vietnam, tidak terlalu terimbas oleh penurunan di rute-rute jauh.
Menurutnya, penurunan tarif pelayaran yang terutama di rute jauh disebabkan tiga faktor a.l. kelebihan kapasitas (overcapacity), persaingan dan konsolidasi pemain pelayaran besar.
“Jadi tidak semua rute internasional terkena impact tersebut. Ada beberapa rute yang masih stabil di service Samudera Indonesia.”
Sementara itu, dia mengaku rute domestik tidak terkait langsung dengan penurunan tersebut. Sejauh ini, tarif angkutan perusahaan yang berkode saham SMDR ini masih cukup stabil.
Untuk menghadapi penurunan di rute-rute internasional, dia mengungkapkan perusahaan selalu aktif tiap hari memperhatikan kinerja setiap rutenya. SMDR, lanjutnya, sangat fleksibel dalam mengatur armadanya.
“Jika satu rute kurang bagus service-nya bisa kita alihkan ke rute lain yang lebbih sehat. Kita selalu jaga fleksibilitas tersebut,” ungkapnya.
Tarif Petikemas Asia-Eropa Anjlok
Industri angkutan laut tengah menghadapi ancaman kerugian besar setelah tarif angkutan petikemas rute Asia-Eropa mengalami anjlok sebesar 78% akibat kelebihan kapasitas dan ketatnya persaingan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 menit yang lalu
Pengentasan Kemiskinan, Pemerintah Sepakat Gunakan Data BPS
7 menit yang lalu
Pemerintah Telah Kucurkan Rp13,7 Triliun untuk Bangun Rumah Murah
15 menit yang lalu
Menpar Undang Investor UEA, Suntik Buat Pariwisata RI?
52 menit yang lalu