Bisnis.com, WASHINGTON - International Monetary Fund (IMF) pada Selasa (12/4/2016) memperingatkan adanya risiko isolasionisme politik seperti kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan risiko ketimpangan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak penurunan prediksi pertumbuhan ekonomi global.
Ini merupakan keempat kalinya IMF merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global.
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global hanya akan menyentuh angka 3.2% tahun ini.
Sebelumnya, pada Januari IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3.4%.
Revisi yang sama juga dilakukan pada Juli dan Oktober tahun lalu.
Dalam pertemuan musim semi tahunan IMF dan World Bank/Bank Dunia di Washington DC minggu ini, IMF menyebutkan bahwa ekonomi global rentan terhadap beberapa guncangan seperti devaluasi mata uang yang signifikan dan memburuknya konflik geopolitik.
Dalam laporan terakhirnya IMF menggarisbawahi imbas pelemahan ekonomi China serta efek rendahnya harga minyak di negara berkembang seperti Brasil.
IMF juga menyoroti pelemahan ekonomi berkepanjangan di Jepang, Eropa dan Amerika Serikat.
Semakin suramnya gambaran ekonomi mendorong IMF dan World Bank mengadakan koordinasi global demi mendorong pertumbuhan.
“Singkatnya. pertumbuhan yang lebih rendah berarti hampir tidak ada celah untuk kesalahan,” kata kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld seperti dikutip dari Reuters Rabu (13/4/2016).
Dia juga menyebutkan lambannya pertumbuhan dapat mengakibatkan pelemahan permintaan, mempersempit kesempatan kerja,dan menciptakan stagnansi sekuler.
IMF juga memperingatkan munculnya partai-partai nasionalis di Eropa, referendum Brexit pada 23 Juni dan retorika antiperdagangan dalam kampanye presiden Amerika menimbulkan ancaman terhadap prospek ekonomi global.
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa jadi berdampak kerugian global akut akibat terganggunya hubungan perdagangan paska keluarnya negara tersebut.
“Kita sedang menghadapi risiko pelemahan yang bisa jadi berbahaya secara politik,” ujar Obstfeld.
IMF mendesak para pembuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan melalui beberapa tindakan seperti deregulasi industri tertentu dan meningkatkan pasar partisipasi tenaga kerja.
IMF juga merekomendasikan negara-negara dengan ruang fiskal yang cukup untuk meningkatkan investasi infrastruktur dan menurunkan pajak tenaga kerja.
IMF juga mendorong para bank sentral untuk menjaga agar kebijakan moneter tetap akomodatif.