Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemanfaatan 7.500 Tanaman Obat Belum Maksimal

Dari sebanyak 7.500 spesies tanaman obat di Indonesia, hanya sekitar 62% yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Dari sebanyak 7.500 spesies tanaman obat di Indonesia, hanya sekitar 62% yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Ondri Dwi Sampurno mengatakan untuk mematenkan obat membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.

"Tanaman obat untuk dimanfaatkan untuk menjadi obat harus dengan mengambil bahan kimia aktifnya. Untuk menemukan [bahan kimianya] prosesnya panjang, bisa sampai 20 tahunan dan biaya pra-klinis yang bisa menghabiskan ratusan juta," katanya pada Bisnis, Senin (11/4/2016).

Menurut data LIPI pada 2015, hanya setengah dari seluruh jumlah spesies tanaman obat atau sekitar 4.671 simplisia dikomersilkan menjadi obat tardisional.

Tanaman obat yang paling banyak dimanfaatkan antara lain, kunyit, temulawak, jahe, kencur, pulasari, lempuyang wangi, adas, cabe jawa, lada hitam, dan lengkuas.

Ondri mengatakan guna menggali pemanfaatan obat tradisional salah satunya dengan melakukan penelitian empiris dengan menguji hasil penelitian terdahulu. Selain itu, diperlukan sinergitas antara peneliti, industri di bidnag farmasi, dan pemerintah untuk pengembangan obat herbal karena membutuhkan investasi capital yang besar, sumber daya manusia, dan teknologi.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional indonesia (GP Jamu) Charles Saerang mengatakan pengusaha hanya memakai sekitar 350 tanaman obat untuk memproduksi jamu. Kurangnya pemanfaatan tanaman obat disebabkan oleh kurangnya pembinaan terhadap sumber daya manusia untuk melestarikan tanaman obat agar tidak punah.

"Sebagian besar hampir punah. Contohnya asam jawa, jahe-jahean, dan kumis kucing yang saat ini sudah susah dicari. Hal ini karena tidak ada pembinaan kepada petani," ujarnya.

Dia mengatakan saat ini konsumen jamu sebesar 80% adalah orang Indonesia, tapi sosialisasi tentang pemanfaatannya masih kurang. Dia berharap ada perusahaan BUMN yang bisa mendorong bisnis jamu dan obat tradisional.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper