Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III melakukan elektrifikasi terhadap peralatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak yang masih menggunakan bahan bakar minyak.
Peralatan bongkar muat yang dielektrifikasi tersebut berupa dua unit (container crane/CC) di Terminal Nilam,Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Kedua peralatan tersebut semula menggunakan bahan bakar minyak, kemudian diubah menjadi bertenaga listrik.
Proses ini merupakan kelanjutan langkah penerapan konsep pelabuhan ramah lingkungan yang terus dilakukan oleh Pelindo III.
BUMN kepelabuhanan tersebut bahkan juga sudah membangun Terminal Teluk Lamong yang merupakan green port pertama di Indonesia.
Tak hanya itu, Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) Pelabuhan Tanjung Emas juga secara bertahap sudah mulai menerapkan konsepgreen terminal.
Menurut Kamal Zakiy, Asisten Manager Peralatan dan InstalasiPelindo III Cabang Tanjung Perak, program konversi bahan bakar telah dijalankansejak2015 dan diharapkan terealisasi pada akhir 2016.
"Saat ini masih dalam tahap observasi, dengan fokus pada CC-01 dan CC-03, terangnya, dalam siaran pers, Sabtu (9/4/2016).
Konversi bahan bakar pada dua unit CC tersebut akan meningkatkan efisiensi bongkar muat di Terminal Nilam,yang sebelumnya sudahditambah dua unit CCbertenaga listrik pada September 2015 silam.
Kedua CC tersebut memiliki beberapa kelebihan dibanding crane yang sudah ada sebelumnya, antara lain, kapasitas angkut yang mencapai maksimal 40 ton, kecepatan melakukan aktivitas bongkar muat petikemas hingga 35box/crane/hour,hal inilebih cepat dibandingkan dengan CC eksisting yang mampumencapai25box/crane/hour.
Ketika ditanya tentang manfaat elektrifikasi terhadap pengguna jasa, Kamal Zakiy menjelaskan tentang peningkatan kesiapan dan kehandalan alat. Kesiapan container crane relatif lebih cepat karena breakdown dari kegiatan teknis seperti pengisian BBM, dapat ditekan. Dengan kata lain, proses bongkar muat menjadi relatif lebih cepat, ungkapnya.
Guna mendukung elektrifikasi peralatan bongkar muat tersebut, Pelindo III juga membangun power house yang berisi genset untuk menyuplai listrik ketika terjadi pemadaman listrik. Kapasitas power house yang sudah ada untuk memasok listrik ke dua CC sebesar 2.500 kVA.
Dengan adanya tambahan dua CC lagi yang telah dielektrifikasi, maka ada empat CC yang beroperasi sehingga kapasitaspower houseakan ditambah menjadi 5.000 kVA.
Setelah proses elektrifikasi dua CC yang sedang berjalan selesai,maka akan ada empat container crane bertenaga listrikyang siap beroperasi malayani pengguna jasa di Terminal Nilam, tambah Kamal. Pengalihan sumber energi menjadi tenaga listrik untuk dua CC tersebut menyumbang efisiensi biaya energi hingga mencapai 60%-70%.
Sementara itu, Kahumas Pelindo III Tanjung Perak, Oscar Yogi Yustiano, menjelaskan bahwa konversi bahan bakar minyak menjadi tenaga listrik mempertegas komitmen Pelindo III dalam menghijaukan pelabuhan. Penggunaan listrik sebagai tenaga penggerak alat bongkar muat akan mengurangi emisi gas karbon yang bersumber dari aktivitas kepelabuhanan, kata pria yang akrab disapa Yogi tersebut.
Sebagai bagian dari konsistensi Pelindo III mempertimbangkan aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). BUMN kepelabuhanan tersebut tidak hanya menjamin keselamatan proses kerja untuk karyawannya, tetapi juga meminimalisir dampak lingkungan akibat proses kerja yang dilakukan.
Aspek manusia dan alam sekitar menjadi elemen penting yang diperhatikan Pelindo III pada setiap proses bisnisnya dalam mendorong integrasi logistik nasional. Pelindo III juga mendorong setiap kontraktor pekerjaan yang terkait, serta institusi lain di pelabuhan wilayah kerjanya untuk terus memperhatikan faktor kesehatan dan kelestarian lingkungan, ujarnya.