Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I/2016 bisa mencapai level 5%-5,1% atau kisaran sama dengan kuartal IV/2015 pada level 5,04%.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Anton Hermanto Gunawan mengatakan belanja pemerintah menjadi andil besar dalam mendorong produk domestik bruto tiga bulan awal tahun ini.
Dia mencatatkan belanja barang dan modal pemerintah peningkatannya tinggi secara year-on-year yang saat ini telah berada pada kisaran Rp10 triliun.
"Mudah-mudahan bisa memberikan daya dorong, apalagi based year tahun lalu relatif rendah growthnya. Di kuartal I/2016 bisalah ada daya sampai 5,1%," katanya, di Jakarta, Selasa (5/4/2016).
Secara kuartalan, dia meyakini kuartal II/2016 agak sedikit melemah, sementara kuartal akhir agak sedikit tertahan sehingga tidak seperti akhir tahun lalu yang terdorong hingga di atas kuartal I-III/2015. Namun, investasi swasta dan daya beli masyarakat meningkat pada semester kedua.
Sementara itu, untuk keseluruhan tahun pertumbuhan ekonomi akan berada di level 5% tahun ini atau lebih dari realisasi tahun lalu yang turun pada posisi 4,7%.
Dia mengatakan kendati ada sedikit potensi kenaikan, pertumbuhan ekonomi masih dalam kondisi cenderung lemah terlihat dari angka impor yang turun sejak dua tahun lalu.
Menurutnya, harapan satu-satunya utuk menggerakan geliat ekonomi berasal dari investasi pemerintah dan swasta. Sementara, efek pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral baru akan memberi dampak setelah 18 bulan ke inflasi.
"Jadi pemerintah bagaimana anggaran tahun ini bisa relatif mendorong growth, di lain pihak monetary policy bergerak tahun ini," ucapnya.
Menurutnya, pengendalian inflasi sangat penting karena merujuk pada pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2015 yang mencapai 5,04% tapi inflasi berada di level 4,5%. Dia menilai seharusnya inflasi bisa pada kisaran 3% dan inflasi bahan pangan disebutkan sebagai biang keladinya.
"Masih ada produktivitas yang melambat, satu-satunya yang mendorong tahun lalu itu di kuartal terakhir adalah dorongan dari belanja pemerintah yang investasi dan investasi swasta," katanya.
Secara keseluruhan pada 2016, Bank Mandiri memperkirakan nilai tukar rupiah berada pada level Rp13.400/dolar AS, suku bunga acuan Bank Indonesia pada posisi 6,5%, inflasi tahunan sebesar 4,5%, dan defisit transaksi berjalan di 2,4%.
Dendi Rhamdani, Kepala Peneliti Industri dan Regional PT Bank Mandiri Tbk. menilai sinyal akselerasi pertumbuhan ekonomi masih campuran beberapa indikator, seperti perbaikan rasio kredit macet dan pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah.
Namun, peforma penjualan motor, mobil, dan semen belum memberikan indikasi yang baik. Sementara itu, sektor manufaktur pertumbuhannya turun sejak 2004.
"Ini gejala enggak bagus untuk struktur ekonomi. Manufaktur punya nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan sebagai cara untuk jadi negara berpendapatan tinggi," katanya.
Sektor industri yang memanfaatkan sumber daya alam lokal perlu diberikan insentif untuk berkembang sepertu industri pengolahan hasil komoditas perkebunan dan pertambangan.