Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berbagai Kota Harus Segera Perbaiki Transportasi Umum

Pembangunan jalan guna mengatasi kemacetan-kemacetan di kota-kota besar Indonesia dinilai bukan solusi utama meskipun itu dibutuhkan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Pembangunan jalan guna mengatasi kemacetan-kemacetan di kota-kota besar Indonesia dinilai bukan solusi utama meskipun itu dibutuhkan.
 
Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Ofyar Z. Tamin mengatakan, solusi untuk mengatasi kemacetan-kemacetan yang ada di kota-kota di Indonesia, terutama Jakarta adalah transportasi publik.
 
“Mobil dan motor naik karena pemerintah tidak mampu sediakan angkutan umum [yang layak],” kata Ofyar, Jakarta, Selasa (29/3).
 
Dia menambahkan, karena pemerintah tidak mampu meneydiakan angkutan umum tersebut, masyarakat mencari jalan keluar dengan membeli kendaraan pribadi baik itu motor atau pun mobil. Menurutnya, dengan menggunakan angkutan pribadi, masyarakat memiliki kebebasan waktu dan arah.
 
Kondisi tersebut berbeda apabila menggunakan transportasi umum saat ini, seperti yang angkot yang sering lama berhenti untuk mencari penumpang atau harus melewati rute-rute yang telah ditetapkan.
 
Oleh karena itu agar masyarakat mau mengubah cara bepergiannya dengan menggunakan moda transportasi umum, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki angkutan umum.
 
Angkutan umum tersebut haruslah yang ramah terhadap segala penumpang. Selain ramah, angkutan umum tersebut juga harus terintegrasi, mampu memberikan pelayanan yang memuaskan, dan sistem tiket terpadu.
 
Adapun jenis transportasi publik di kota-kota, dia menuturkan, bisa apa saja seperti kereta ringan (light rail transit/LRT), buss rapid transit (BRT), atau mass rapid transit (MRT). Setelah pemerintah memperbaiki angkutan umumnya, langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan pembatasan kendaraan.
 
Terkahir kebijakan mengenai parkir kendaraan, “Jangan dibalik,” kata pria yang juga menjabat sebagai rektor Institut Teknologi Sumatera tersebut.
 
Saat ini dia melihat, angkutan umum belum diperbaiki. Namun, pemerintah sudah mengeluarkan kendaraan murah atau yang biasa disebut dengan low cost green car (LCGC). Kondisi tersebut dinilainya menambah kemacetan yang sudah terjadi selama ini.
 
Meskipun memiliki kebebasan waktu dan menentukan arah, menggunakan kendaran pribadi sebenarnya memiliki beberapa kelemahan seperti waktu mengemudi dan parkir. Mengenai waktu tersebut, dia mengungkapkan, terkadang waktu untuk mencari parkiran lebih lama jika dibandingkan dengan waktu mengemudinya.
 
Selain itu ada biaya untuk bahan bakar. Menurutnya, kondisi jalan yang macet dapat membuat penggunaan bahan bakar lebih banyak. Dia mengungkapkan, penggunaan bahan bakar akan efektif saat kendaraan berjalan dalam kecepatan 60 kilometer/jam.
 
Di atas kecepatan tersebut, bahan bakar kendaraan yang digunakan akan lebih banyak. Namun, ada timbal baliknya, yakni berupa waktu yang lebih cepat untuk sampai ke tempat tujuan. Sementara penggunaan di bawah kecepatan itu pun dapat membuat penggunaan bahan bakar lebih banyak, terlebih ketika macet.
 
Selain bahan bakar, biaya lain yang harus dikeluarkan jika memiliki kendaraan pribadi adalah tol, parkir, asuransi, perawatan, dan sebagainya. Satu-satunya hal positif apabila menggunakan kendaraan pribadi adalah terkait image. Mengenai image, dia menuturkan, para pengguna transportasi umum di Singapura bukanlah orang-orang yang tidak memiliki kemampuan secara ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yudi Supriyanto
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper