Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah dinilai harus kebut reformasi struktural untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Area struktural yang diyakni dapat mendorong pertumbuhan ekonomi antara lain investasi dan infrastruktur.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Wariyo mengatakan BI akan menyeimbangkan kebijakan struktural ekonomi dengan makroekonomi dan makroprudensial agar pertumbuhan ekonomi terjaga dalam jangka panjang sehingga tidak menimbulkan dampak pemanasan global.
Pemerintah telah memulai pembangunan infrastruktur mulai awal tahun untuk mengejar ketertinggalan kualitas dan ketersediaan infrastruktur baik konektivitas fisik maupun digital.
“Percepatan akan sangat penting karena tidak hanya meningkatkan modal tetapi juga biaya distribusi, efisiensi dan segala macam masih di infrastruktur. Kalau di luar Jawa masalah ketersediaan listrik,” katanya, di Jakarta, Rabu (23/3/2016).
Pembangunan sumber daya manusia dan iklim investasi yang ramah memperbesar potensi tercapainya pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, produktivitas tenaga kerja yang tinggi bisa dicapai melalui pelatihan kewirausahaan.
Pada kurun waktu 2015-2045, angkatan kerja di Indonesia akan mencapai 70% dari total populasi. Bonus demografi itu harus dimanfaatkan untuk beralih dari negara yang berpenghasilan menegah ke negara berpenghasilan tinggi.
“Reformasi struktural itu memang berpotensi pertumbuhan ekonomi akan tinggi. Tidak hanya modal, tenaga kerja dan produktivitasnya dapat meningkat,” ucapnya.