Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jatim Dorong Investor AS Bangun Smelter

Pemerintah Jawa Timur menginginkan investasi Amerika Serika yang masuk ke provinsi ini lebih banyak menyentuh sektor hulu guna meningkatkan kemampuan penyediaan bahan baku dan penolong
Jatim dorong investor AS bangun smelter./.
Jatim dorong investor AS bangun smelter./.

Bisnis.com, SURABAYA- Pemerintah Jawa Timur menginginkan investasi Amerika Serika yang masuk ke provinsi ini lebih banyak menyentuh sektor hulu guna meningkatkan kemampuan penyediaan bahan baku dan penolong.

Gubernur Provinsi Jawa Timur Soekarwo mengatakan 75% kebutuhan bahan baku sekarang ini dibeli dari luar negeri alias impor. Oleh karena itu dibutuhkan lebih banyak investasi ke hulu guna menghadirkan proses pengolahan hingga penghiliran industri yang lebih baik.

“Kalau investasi (hulu) bisa diisi dengan smelter  maka impor bahan baku dan penolong kita bisa dikurangi. Kalau bisa (lebih banyak) smelter dibangun di sini,” katanya.

Keinginan tersebut disampaikan melalui pertemuan dengan delegasi AS yang dipimpin Duta Besar AS untuk Indonesia Robert O. Blake. Bersama dengannya turut hadir Konsul Jenderal AS Heather Variava dan perwakilan Kantor Perdagangan Luar Negeri AS.

Hadir pula 20 perusahaan Amerika Serikat ke Jawa Timur sampai 23 Maret 2016. Puluhan pemimpin perusahaan ini akan bertemu pula dengan pebisnis Indonesia guna memperdalam diskusi bisnis di antara mereka.

Perusahaan yang berkunjung ke Jawa Timur di antaranya bergerak di sektor energi khususnya pembangkit listrik, manufaktur, real estate dan sejumlah perusahaan jasa. Melalui pertemuan ini pemprov berharap dapat terjalin kemitraan business to business.

“Jaminan dari pemerintah adalah pelayanan investasi 15 menit sampai 17 hari, tanah kami siapkan, ada surplus listrik, dan buruh tidak demo secara anarkis,” tutur Soekarwo.

Harapan Pemprov Jatim terhadap investasi AS agar lebih banyak menyentuh penyediaan dan pengolahan bahan baku bermaksud untuk menekan impor. Sepanjang Januari – Februari dari total belanja ke luar negeri 75,22% adalah bahan baku dan penolong.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim melansir nilai impor bahan baku dan penolong pada periode tersebut US$2,17 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 23,70% dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun lalu (year on year).

Porsi impor lain diisi barang konsumsi sebesar 14,76% dari total belanja setara US$424,90 juta. Nilai ini melonjak 65,49% (year on year). Untuk barang modal perannya sebesar 10,02%, setara dengan US$288,47 juta atau turun 4,25% dibandingkan dengan Januari – Februari 2015.

Duta Besar AS untuk Indonesia Robert O. Blake tak memberikan jawaban spesifik terhadap permintaan Pemprov Jatim. Dia hanya menyatakan investasi  yang masuk ke Indonesia dari AS mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

“Sebelumnya hanya banyak di sektor migas dan pertambangan tetapi sekarang lebih variatif,” tuturnya.

Selain manufaktur, properti, dan jasa, menurut Blake, akan lebih banyak kapital tertanam di sektor pendidikan dan lingkungan hidup. AS menganggap Jawa Timur potensial untuk digarap lebih dalam. Provinsi ini merupakan pintu gerbang untuk berbagai aktivitas bisnis di kawasan timur Indonesia.

Berkenaan dengan permintaan Jatim agar dilakukan pendalaman struktur industri oleh perusahaan AS tak jauh-jauh dari bidang manufaktur. Tapi Blake berpendapat selain manufaktur ada investasi di bidang jasa asal Paman Sam yang semakin banyak masuk.

“Sekarang ini banyak perusahaan yang memberikan produk dan jasa untuk kelompok menengah di Indonesia, populasinya semakin tumbuh,” kata dia.

Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur Hadi Prasetyo berpendapat manufaktur dan sektor jasa tetap menjadi  primadona bagi  investor. Ruang yang bisa digarap dari dua bidang ini masih terbuka lebar.

“Manufaktur belum dominan di Jatim, kecuali makanan, gula, tembakau, dan rokok,” ujarnya.

Namun demikian penanaman modal di manufaktur dan jasa Jatim harus berorientasi ke pasar global. Dengan kata lain, investor diharapkan tidak sekadar membidik pasar lokal tetapi juga menyasar ekspor. Hal ini sejalan dengan era perdagangan bebas barang dan jasa, khususnya di Asean.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper