Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2016 meningkat menjadi 2,6% terhadap produk domestik bruto seiring sejumlah aksi investasi pemerintah sejak awal tahun dan swasta yang mulai tergerak pada semester II/2016.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyebutkan peningkatan defisit transaksi berjalan atau current account deficit bisa mencapai US$26 miliar. Investasi di bidang infrastruktur mendorong kebutuhan impor yang besar sekaligus menaikkan kebutuhan pendanaan dari luar negeri.
"Kita akan menduga di 2016 defisit akan meningkat dari US$17 miliar ke US$26 miliar. Ini dibiayai external financing dan FDI [foreign direct investment] atau portfolio investment dan pinjaman luar negeri," ujarnya seusai menghadiri Acara Indonesia Investment Forum, di Jakarta, Selasa (22/3/2016).
Seperti diketahui, CAD sebelumnya tercatat senilai US$17,8 miliar atau 2,06% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini melorot lebih jauh dari posisi defisit tahun sebelumnya senilai US$27,5 miliar atau 3,09% PDB.
Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri pada Januari 2016 tumbuh 2,2% tetapi pertumbuhan melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,8% (year-on-year). Posisi Utang Luar Negeri (ULN) pada akhir Januari 2016 tercatat sebesar US$308,0 miliar.
"Selama CAD masih di bawah 3%, itu bentuk yang bisa diterima dan tidak akan menganggu stabilitas ekonomi Indonesia," ucapnya.