Bisnis.com, SURABAYA - PT Petrokimia Gresik (Petrogres) gencar merancang berbagai program Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan berbasis Korporasi (GP3K) agar swasembada pangan nasional dapat tercapai.
Direktur Utama Petrogres Nugroho Christijanto menyatakan program tersebut dilakukan melalu berbagai program, seperti sosialisasi, dan demontrasi plot (demplot) serta pembinaan petani muda, serta pengembangan klaster agribisnis atau pertanian terpadu.
“Kami ingin terus berkembang, tidak hanya fokus pada pupuk saja, namun juga turut berkontribusi terhadap kemajuan sektor pertanian di Indonesia secara umum,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima, Minggu (13/3/2016).
Adapun berbagai cara tersebut telah dilakukan Petrogres melalui pengembangan Petro Hibrid yaitu benih padi hibrida dengan potensi produksi tinggi pada 2014. Petro Hibrid merupakan benih padi unggul jenis hibrida varietas HIPA 18 hasil kerjasama Petrogres dengan Balai Besar Padi Sukamandi, Jawa Barat. Benih unggul ini memiliki usia panen berkisar 113 hari (kurang dari 3 bulan).
“Dengan daya tumbuh minimal 85%, benih ini berpotensi mendongkrak produktivitas pada kisaran 10,3 ton gabah kering giling (GKG) per hektar," imbuhnya.
Nugroho menyebutkan Petro Hibrid juga lebih tahan terhadap serangan wereng batang cokelat biotipe 1 (satu), sertatahan terhadap penyakit blas 073 dan 173.
Petro Hibrid sendiri pertama kali dikembangkan pada Juni 2014 dan pada Desember 2015 dilakukan penandatanganan perjanjian lisensi ekslusif benih padi hibrida varietas HIPA 18 antara Petrogres dan Balai Besar Padi Sukamandi.
Sejak saat itu, Petrogres mulai gencar mensosialisasikannya melalui demplot kepada petani di sejumlah daerah, termasuk di Cilacap, Jawa Tengah.
Di Cilacap, Petrogres memperkirakan panen dapat mencapai 10,5 GKP/ha. Angka ini jauh dari rata-rata produktivitas Kecamatan Maos (6,15 ton/ha), Kabupaten Cilacap (5,74 ton/ha), maupun Jawa Tengah (5,36 ton/ha).
Sebelumnya, uji coba serupa juga telah digelar di Magetan pada November 2015 dengan produktivitas panen mencapai 10,6 GKP/ha. Selain Cilacap dan Magetan, demplot serupa saat ini juga sedang dilakukan di sejumlah daerah seperti Pati, Madiun, Malang, dan Blitar. Adapun potensi panen di daerah-daerah ini diperkirakan mencapai 10,1 - 10,5 ton GKP/ha.
"Hasil panen yang maksimal ini juga berkat pola pemupukan berimbang anjuran kami yaitu 5:3:2 atau 500 kg pupuk Petroganik, 300 kg pupuk NPK Phonska, dan 200 kg pupuk Urea untuk setiap satu hektar sawah," jelasnya.
Nugroho menambahkan, bentuk dukungan lain terhadap program swasembada pangan pemerintah yakni membuat produk lainnya di sektor pangan seperti Petrochik untuk unggas, Petro Biofeed untuk ternak, Petro Fish untuk ikan, benih jagung Petro hi Corn, benih cabe Petro Chili.